knowledge
MENU
SEARCH KNOWLEDGE
7 Penyebab CTR Re...

7 Penyebab CTR Rendah yang Sering Tidak Disadari Marketer dan Cara Menghindarinya

25 Nov  · 
3 min read
 · 
eye 24  
Analisis Data

Ctr Analisis

Click-Through Rate (CTR) adalah salah satu indikator paling penting dalam digital campaign.

CTR menunjukkan seberapa kuat pesan brand mampu menggerakkan audiens untuk mengambil tindakan. 

Ketika CTR rendah, banyak marketer langsung menyalahkan budget, algoritma platform, atau tren pasar yang berubah. 

Padahal, sering kali penyebabnya berasal dari internal dan terbilang sederhana. 

Misalnya ada detail kecil dalam strategi yang luput saat eksekusi, padahal detail kecil itu mampu membuat perbedaan besar dalam performa kampanye.

Produk bisa sangat bagus, harga kompetitif, dan positioning solid, tetapi jika komunikasi yang disampaikan tidak tepat, audiens tidak punya alasan untuk memperhatikan lebih lanjut. 

Karena itu, memahami akar masalah yang menyebabkan CTR rendah jauh lebih penting daripada sekadar menambah anggaran iklan

Berikut 7 penyebab CTR rendah yang umum terjadi namun tidak disadari marketer dan cara menghindarinya.

1. Creative Kurang Menarik

Creative adalah elemen pertama yang dilihat audiens, dan sering kali hanya memiliki 3 detik peluang untuk menarik perhatian mereka. 

Sayangnya, banyak brand terlalu fokus pada seberapa menarik visual hingga melupakan detail dan pesan iklan yang jelas.

Akibatnya, audiens tidak memahami apa yang sebenarnya ditawarkan, dan mereka hanya scroll melewati iklan tersebut.

Creative yang tidak langsung mengkomunikasikan benefit utama membuat iklan kehilangan daya tarik sejak awal. 

Semakin jelas value proposition di detik pertama, semakin besar peluang CTR meningkat.

Untuk menghindari kesalahan ini, hal yang bisa diterapkan oleh brand yaitu:

  • Pastikan key message langsung terlihat secara visual.
  • Gunakan pola problem, solution, benefit, CTA pada setiap konten iklan.
  • A/B Testing dua versi creative (clean vs dynamic) untuk melihat mana format mana yang lebih efektif.

2. Headline Tidak Relevan

Headline dinilai sebagai ‘pintu’ keputusan klik bagi audiens. 

Ketika headline terlalu umum, full promosi, atau tidak menyentuh pain point nyata suatu masalah, audiens tidak akan merasa terdorong untuk mengetahui lebih lanjut. 

Headline yang tidak relevan membuat iklan terasa seperti spam, alih-alih menekankan solusi yang dibutuhkan.

Banyak marketer yang jatuh pada jebakan menonjolkan fitur produk dan melupakan hubungan emosional dengan audiens

Tidak heran, konten atau iklan dengan headline promosi brand yang jelas ‘menjual’ malah menghasilkan CTR yang rendah. 

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari kesalahan ini: 

  • Gunakan headline berbasis masalah audiens, bukan fitur produk.
  • Hindari kalimat berlebihan seperti “Terbaik! Termurah! No.1!”
  • Gunakan angka, dampak, atau insight real yang relatable.

3. CTA Membingungkan

CTA (call-to-action) menjadi instruksi paling penting dalam iklan. 

Ketika CTA tidak jelas, terlalu panjang, atau bahkan tidak terkait dengan konten iklan, malah membuat audiens kebingungan dan tidak tahu apa dorongan untuk melakukan ‘klik’ terhadap konten.  

Artinya, CTA yang tidak jelas mengarahkan berujung pada audiens tidak melakukan tindakan apa-apa.

Sering kali CTR rendah bukan karena pesan lemah, tetapi karena pemilihan CTA tidak efektif dalam memandu tindakan audiens selanjutnya. 

Dari penyebab CTR rendah ini, cara yang bisa digunakan untuk menghindarinya: 

  • Gunakan satu tujuan jelas seperti Learn More, Daftar Sekarang, Coba Gratis, atau Download.
  • Hubungkan CTA dengan tujuan audiens dan tahapan tiap funnel.
  • Jelaskan value setelah ‘klik’, bukan hanya perintah.

4. Targeting Tidak Spesifik

Targeting menentukan siapa yang melihat iklan Anda, dan kesalahan segmentasi bisa langsung menurunkan CTR secara drastis. 

Targeting yang terlalu luas membuat iklan tidak relevan, sementara targeting yang terlalu sempit menyebabkan frekuensi tinggi tapi stuck di audiens yang itu-itu saja. 

Ketidakseimbangan ini membuat performa campaign sulit stabil.

Banyak brand percaya bahwa semakin besar jangkauan audiens, semakin besar peluang meningkatnya CTR. 

Padahal, kualitas segmen jauh lebih penting daripada kuantitas karena relevansi yang menjadi penentu apakah seseorang akan klik atau tidak.

Cara menghindari kesalahan ini yaitu: 

  • Gunakan kombinasi insight antara interest, behaviour, dan custom audience.
  • Tes 2–3 segmentasi berbeda, jangan hanya satu segment besar.
  • Jaga frekuensi tampil iklan ideal di angka 2–5 kali per minggu per user.

5. Audiens Menjadi Jenuh

Creative yang ditayangkan terlalu lama membuat audiens bosan dan berhenti merespon. 

Saat mereka melihat iklan yang sama berulang-ulang, minat akan turun dan CTR ikut menurun.

Misalnya walaupun di awal performa iklan bagus, CTR akan turun jika konten tidak diperbarui secara berkala.

Pada titik ini, budget ads jadi tidak efektif melainkan diperlukan rotasi konten untuk menjaga engagement tetap tinggi.

Fenomena ini sering luput oleh marketer di mana ketertarikan emosional audiens berkurang yang berdampak pada CTR. 

Beberapa cara efektif untuk menghindari kesalahan ini yaitu: 

  • Rotasi konten creative setiap 1–2 minggu.
  • Gunakan format konten yang berbeda seperti carousel, reels, single image, hingga UGC style.
  • Pantau trend penurunan CTR dan perbandingan kenaikan frekuensi.

6. Placement Tidak Optimal

Tidak semua placement cocok untuk semua jenis konten. 

Banyak marketer membiarkan placement berjalan otomatis tanpa memeriksa performa platform satu per satu. 

Padahal, ada placement yang bagus untuk awareness, ada pula yang lebih optimal untuk klik dan konversi.

Performance setiap placement sangat dipengaruhi oleh pola konsumsi konten oleh audiens.

Banyak marketer yang mengabaikan fakta evaluasi placement, seperti iklan yang efektif di feed belum tentu bekerja di stories atau reel, sehingga membuat budget tidak efisien. 

Cara menghindari kesalahan ini, brand dapat melakukan:

  • Cek performance per placement, mulai dari Feed, Reels, Story, Search, hingga In-stream.
  • Hentikan placement yang terkesan boros anggaran.
  • Sesuaikan creative dengan format masing-masing kanal.

7. Landing Page Tidak Match

Audiens akan langsung keluar jika landing page tidak sesuai dengan ekspektasi yang dibangun iklan di awal. 

Ketidakselarasan ini membuat mereka merasa tertipu dan memengaruhi penilaian terhadap brand

Akibatnya, CTR ke conversion akan menurun secara signifikan bahkan drastis.

Di samping itu, kecepatan akses page dan navigasi yang simpel juga mempengaruhi dorongan audiens melakukan transaksi.

Cara yang bisa digunakan untuk menghindari masalah ini di antaranya:

  • Pastikan headline di landing page sama dengan headline iklan.
  • Akses page harus cepat; load time maksimal 3 detik.
  • Buat flow sederhana seperti informasi, lanjut ke benefit, proof, dan CTA.

CTR rendah bukan berarti menandakan produk Anda bernilai buruk 

CTR adalah sinyal bahwa pesan belum tersampaikan dengan tepat pada audiens yang tepat dengan cara yang tepat. 

Semakin detail Anda memahami akar masalah penyebab CTR rendah, semakin tajam strategi kampanye Anda, dan pada akhirnya semakin besar peluang meningkatkan klik, traffic berkualitas, dan konversi bisnis. 

Untuk menambah wawasan Anda, pahami juga tentang Benarkah Kemajuan Bisnis Dipengaruhi Website Conversion Rate? 

SUBSCRIBE NOW

RELATED TOPICS:

DISCOVER MORE OF WHAT MATTERS TO YOU

SUBSCRIBE NEWSLETTER