Saat ini, konten dengan format video semakin diminati dan sering dibagikan pada platform LinkedIn. Alasannya, konten jenis ini lebih banyak menarik para audiens untuk ikut berinteraksi.
Saat ini, konten dengan format video semakin diminati dan sering dibagikan pada platform LinkedIn. Alasannya, konten jenis ini lebih banyak menarik para audiens untuk ikut berinteraksi.
Tentu saja, ini menjadi peluang bagi Anda yang memiliki bisnis untuk mulai menyajikan konten dengan format video di platform LinkedIn.
Menyajikan konten video pada LinkedIn mempunyai banyak keuntungan. Contohnya, lebih efektif dalam menonjolkan pesan-pesan yang ingin disampaikan.
Konsumen juga jadi lebih mudah menangkap informasi melalui audio visual daripada melalui tulisan. Hal ini sesuai dengan hasil studi dari HubSpot menemukan data ada 72% konsumen lebih memilih menonton video untuk memahami suatu produk dibanding membaca teks.
Selain itu, video meningkatkan engagement dan brand awareness lebih cepat. LinkedIn sendiri mengungkapkan kalau video memiliki 5x lebih banyak engagement dibandingkan konten lain di platform mereka.
Hal ini membuktikan kalau format video menjadi alat yang ampuh untuk menarik perhatian audiens dan membangun koneksi lebih baik dengan target pasar.
Sekarang ini, Anda sudah bisa memanfaatkan fitur LinkedIn stories yang bisa Anda optimalkan untuk promosi produk dan layanan bisnis.
Layaknya status WhatsApp dan Instagram Story, LinkedIn stories hanya berlaku 24 jam untuk tayangan video atau gambar yang Anda unggah.
Namun sebelum mengunggah video di LinkedIn, ada beberapa pedoman yang perlu diperhatikan agar video Anda lebih efektif dan sesuai dengan algoritma platform:
Video yang diunggah harus berdurasi minimal 3 detik dan maksimal 10 menit. Namun, durasi ideal yang disarankan antara 30 detik dan 5 menit. Untuk ukuran file maksimum adalah 5GB.
Agar video lebih optimal dalam algoritma LinkedIn, sebaiknya Anda membuat video native, yaitu video yang diunggah langsung ke LinkedIn, bukan dari platform lain, seperti YouTube.
LinkedIn lebih memprioritaskan video native dibandingkan link eksternal. Ini akan membuat audiens menonton video Anda hanya pada platform LinkedIn tanpa harus berpindah ke platform lainnya.
Selain itu, pastikan menggunakan format video yang didukung LinkedIn, antara lain: ASF, AVI, FLV, MPEG-1, MPEG-4, MKV, QuickTime, WebM, H264/AVC, MP4, VP8, VP9, WMV2, dan WMV3.
Menurut penelitian dari Vidyard, kebanyakan orang lebih memilih menonton video berdurasi kurang dari 2 menit karena durasi pendek memungkinkan informasi disampaikan dengan lebih cepat dan efektif.
Sementara hasil penelitian lain dari Wistia menunjukkan video berdurasi kurang dari 2 menit memiliki engagement rate sekitar 70%, sedangkan video lebih dari 2 menit mengalami penurunan keterlibatan yang signifikan.
Oleh karena itu, Anda perlu membuat video yang singkat, padat, dan jelas agar audiens tidak kehilangan minat. Ini juga menjadi cara terbaik untuk meminimalisir rasa bosan yang bisa audiens rasakan kalau menonton konten video yang panjang dan isinya bertele-tele.
Ingat, tidak semua audiens punya banyak waktu untuk menonton video sampai selesai, sementara mereka membutuhkan informasi tertentu.
Maka masuk akal pernyataan Neil Patel, yang pernah menyebutkan kalau video yang efektif harus langsung menyampaikan nilai utama dalam 10 detik pertama untuk menarik perhatian audiens.
Oh ya, Anda juga bisa menggunakan storytelling yang menarik di awal video agar audiens tetap engaged dan tertarik untuk melanjutkan menonton.
Teknik seperti “hook and hold”, yang diperkenalkan HubSpot, menyarankan untuk memulai video dengan pertanyaan menarik, data mengejutkan, atau pernyataan yang memancing rasa penasaran.
Menurut survei LinkedIn, sebanyak 80% orang yang menonton video di platform ini tidak mengaktifkan fitur suara.
Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk menambahkan subtitle atau caption yang menarik agar pesan tetap tersampaikan meskipun tanpa suara.
Membuat caption yang menarik dengan kemampuan copywriting yang Anda miliki, ditambah caption-nya relatable, akan mengundang rasa penasaran audiens dan membuat mereka tergerak untuk menonton video Anda sampai selesai.
Seperti yang disebutkan di atas, kemampuan copywriting adalah salah satu senjata ampuh untuk mempromosikan produk Anda, terutama di LinkedIn.
Gunakan copywriting yang persuasif dan relevan saat menulis caption, judul, dan deskripsi video untuk meningkatkan rasa penasaran dan menarik perhatian target audiens.
Namun, perlu diperhatikan juga, copywriting yang bagus harus relevan dengan kebutuhan audiens serta berbanding lurus dengan kualitas konten video yang diunggah.
Hal penting berikutnya, buatlah headline video menarik dan mendukung isi video. Contohnya:
Kalau copywriting disebut senjata utama dalam hal promosi konten video, maka Call To Action (CTA) adalah senjata pamungkasnya.
Pengertian Call To Action (CTA) adalah instruksi yang mendorong audiens melakukan tindakan lebih lanjut, seperti mengunjungi website, mengisi formulir, atau mengarahkan audiens ke landing page produk agar bisa langsung melakukan pembelian.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat CTA yang baik dan bisa menjaring banyak pembeli, yaitu:
Ada banyak contoh CTA yang bisa Anda terapkan untuk meningkatkan peluang terjadinya konversi, misalnya:
Selain itu, Anda juga bisa menambahkan teks serta desain dengan warna kontras agar tombol CTA lebih menonjol dan menarik perhatian.
Penggunaan hashtag yang efektif membantu video Anda ditemukan oleh lebih banyak orang. LinkedIn merekomendasikan menggunakan 3-5 hashtag yang relevan agar video lebih mudah diindeks oleh algoritma mereka.
Anda bisa menggunakan beberapa contoh hashtag, misalnya #LinkedInVideo, #MarketingStrategy, #SocialMediaGrowth, #BusinessDevelopment, dll.
Menurut analisis Sprout Social, waktu terbaik untuk mengunggah konten di LinkedIn adalah Selasa hingga Kamis pukul 08.00 - 11.00 pagi.
Hindari mengunggah video pada akhir pekan karena engagement cenderung lebih rendah. Mengenai waktu posting yang tepat ini, Anda bisa bereksperimen dengan waktu posting yang berbeda.
Kemudian analisis performa masing-masing konten melalui LinkedIn Analytics untuk menemukan waktu terbaik yang sesuai dengan target audiens.
Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum mengunggah video, yaitu pastikan kualitas video bagus, sesuai dengan audiens target, dan mengikuti pedoman algoritma LinkedIn agar mendapatkan jangkauan optimal.
Lalu alangkah baiknya Anda memastikan setiap video promosi yang Anda unggah memiliki pesan yang jelas dan dilengkapi dengan elemen yang meningkatkan engagement, seperti caption, CTA, dan hashtag yang relevan.
Setelahnya, baru unggah konten video di LinkedIn dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
Menggunakan video di LinkedIn adalah strategi yang efektif untuk meningkatkan engagement dan brand awareness.
Untuk hasil yang lebih maksimal dalam memanfaatkan LinkedIn sebagai salah satu media pengembangan bisnis, Anda bisa berkonsultasi dan bekerja sama dengan digital agency Jakarta terpercaya dan memiliki reputasi yang bagus.
Biasanya, digital marketing agency Jakarta yang berpengalaman akan bisa membantu Anda membuat digital media planning yang tepat berdasarkan analisis data yang akurat pula.
Bahkan, para profesional di tim kami juga bisa membantu Anda membuat konten-konten yang sesuai dengan brand atau bisnis yang Anda kembangkan. Yuk, langsung saja Kontak Redcomm.
DISCOVER MORE OF WHAT MATTERS TO YOU
RELATED TOPIC