2. Perubahan Perilaku Konsumen yang Cepat
Laporan Google dan Temasek menyebutkan bahwa 58% konsumen di Indonesia pada 2024 berasal dari kalangan Gen Z dan milenial. Namun sebagai target market industri FMCG, perilaku konsumen dari generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya.
Gen Z dan milenial lebih kritis terhadap produk yang akan mereka beli dan cenderung memilih produk yang memiliki nilai sosial, seperti mendukung isu keberlanjutan, keadilan sosial, produk buatan lokal, hingga transparansi brand.
Produk-produk yang dianggap tidak responsif terhadap isu lingkungan, seperti penggunaan plastik sekali pakai, mulai ditinggalkan.
Sementara brand FMCG, seperti The Body Shop, berhasil menarik perhatian generasi muda dengan kampanye program refill station untuk produknya.
Pada program tersebut, konsumen dapat mengisi ulang kemasan lama untuk mengurangi limbah plastik. Langkah ini tidak hanya meningkatkan penjualan, tetapi juga memperkuat positioning brand sebagai pelopor keberlanjutan.
Di saat yang sama, konsumen muda saat ini lebih mengutamakan pengalaman berbelanja yang nyaman dan interaktif.
Banyak dari mereka yang memutuskan membeli suatu produk bukan hanya karena manfaatnya, namun lebih ke pengalaman personal yang mereka dapatkan, mulai dari membaca ulasan konsumen di media sosial, menonton video unboxing, atau berinteraksi langsung dengan brand melalui platform online.
Hal ini sejalan dengan survei Nielsen yang mencatat ada sekitar 82% konsumen di Indonesia mencari review produk secara online sebelum melakukan pembelian.
Ini menunjukkan kalau ingin menjangkau Gen Z dan milenial sebagai target market, Anda perlu memiliki strategi marketing yang berfokus pada storytelling yang menarik, kampanye sosial yang autentik, dan transparansi dalam setiap aspek bisnis.
Artinya, media sosial, marketplace, hingga testimoni pelanggan kini menjadi titik penting dalam perjalanan konsumen.
3. Disrupsi Teknologi Digital yang Tidak Terhindarkan
Revolusi digital telah mengubah cara bisnis FMCG beroperasi secara drastis. Teknologi kini menjadi tulang punggung dalam hampir semua proses bisnis, mulai dari produksi, distribusi, hingga pemasaran.
Bisnis yang tidak mengintegrasikan teknologi digital ke dalam strategi perusahaan akan tertinggal, terutama karena konsumen semakin bergantung pada teknologi untuk berbelanja.
Bisa dikatakan, teknologi digital menjadi keharusan bagi bisnis FMCG, tetapi adaptasinya bukan tanpa tantangan.
Menurut riset McKinsey, 35% pelaku bisnis di Indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan teknologi digital, baik untuk efisiensi operasional maupun pemasaran.
Hal ini karena transformasi digital membutuhkan investasi besar, seperti pengembangan platform e-commerce, sistem Enterprise Resource Planning (ERP), dan analisis big data.
Terkait analisis dan mengelola data besar (big data), sudah pasti membutuhkan resource yang juga besar. Namun, investasi ini seringkali menjadi kendala bagi perusahaan kecil dan menengah yang memiliki keterbatasan anggaran.
Apalagi kalau data yang seharusnya berguna untuk memahami pola perilaku konsumen, ternyata tidak bisa dimanfaatkan dengan baik, akhirnya data tersebut hanya akan menjadi beban operasional.
Strategi dan Solusi Mengatasi Tantangan Bagi Pebisnis di Industri FMCG
Bisnis yang tidak memiliki keahlian dalam analisis data akan kesulitan mengambil keputusan berbasis fakta yang dapat meningkatkan kinerja mereka.
Ini faktanya yang artinya Anda mau tidak mau harus mampu mengolah, menganalisis, bahkan jika perlu memiliki kemampuan menetapkan benchmark digital marketing menggunakan data sendiri.
Kalau melihat laporan dari berbagai marketplace, seperti Tokopedia dan Shopee, ada kurang lebih 45% pembelian produk FMCG di Indonesia dilakukan melalui platform digital sepanjang tahun 2024.
Data tersebut menunjukkan kalau bisnis Anda tidak hadir secara aktif di e-commerce, maka berpotensi kehilangan pangsa pasar secara signifikan.
Jadi, apa yang perlu dilakukan agar bisnis yang bergerak di industri FMCG bisa sustain dalam persaingan bisnis yang ketat di tahun 2025 ini?
1. Lakukan Riset Konsumen
Riset bukan sekadar mengetahui siapa target pasar Anda, tetapi juga memahami pola pikir dan kebiasaan belanja mereka.
Anda bisa memanfaatkan survei online, analitik media sosial, mengenali audience data, atau data dari marketplace, untuk menggali insight yang lebih detail dan real time.
Kalau target market Anda adalah konsumen dari kelompok Gen Z, mulailah memperhatikan tren seperti preferensi mereka terhadap kemasan yang estetik atau produk yang mendukung gaya hidup sehat.
Semakin detail dan lengkap data yang Anda miliki, akan lebih mudah bagi Anda untuk menyesuaikan komunikasi dan inovasi produk yang lebih relevan dengan kebutuhan mereka.