knowledge
MENU
SEARCH KNOWLEDGE
Tantangan Industr...

Tantangan Industri FMCG di Era Disrupsi Digital dan Solusinya

27 Dec  · 
5 min read
 · 
eye 157  
Bisnis

Tantangan Industri Fmcg

Industri FMCG di Indonesia terus berkembang pesat, terutama dengan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan mencapai 5,2% pada 2024. Namun, peluang besar ini diikuti tantangan kompleks yang perlu Anda atasi kalau ingin bisnis tetap kompetitif di pasar yang dinamis.

Nah, agar bisnis bertahan dan tetap relevan dengan kebutuhan pasar, Anda perlu paham kondisi pasar terkini, mengenali perilaku konsumen dari generasi yang lebih muda, dan berani menciptakan diferensiasi produk. 

Selengkapnya, baca beberapa tantangan yang perlu Anda waspadai di tahun 2025 ini beserta solusi untuk menaklukkan tantangan tersebut.

Tantangan Industri & Bisnis FMCG di Tahun 2025

1. Kompetisi yang Semakin Ketat

Menurut laporan Kementerian Perindustrian, sektor FMCG menyumbang sekitar 40% dari total pasar barang konsumsi di Indonesia pada 2023 dan terus berlanjut di sepanjang tahun 2024.

Namun fakta yang tak bisa dipungkiri adalah industri FMCG saat ini sudah penuh dengan pemain besar, baik lokal maupun global, yang menawarkan produk serupa dengan harga dan kualitas yang juga saling bersaing. Misalnya, kategori minuman ringan atau camilan sudah dikuasai oleh brand-brand ternama. 

Di saat yang sama, tak hanya brand besar yang menjadi ancaman, karena sudah banyak pula bisnis kecil dan menengah (UMKM) yang mulai merebut hati konsumen dengan menawarkan produk-produk unik.

Beberapa contoh produk dari bisnis UMKM dan UKM yang muncul dan langsung viral, seperti camilan sehat berbahan organik, produk dengan kemasan ramah lingkungan, barang tradisional yang dikemas ulang secara modern, dan sebagainya.

Tetapi, apakah kemunculan produk yang viral bisa jadi jaminan bisnis akan bertahan lama? Jawabannya, belum tentu. 

Anda sebagai pebisnis harus benar-benar memikirkan bagaimana brand Anda bisa menciptakan diferensiasi produk yang tak lekang oleh waktu karena memang dibutuhkan konsumen.

Contoh yang sudah terlihat, ada perusahaan yang mulai mengadopsi teknologi kemasan pintar dengan QR code yang memberikan informasi lengkap tentang produk, seperti bahan baku, proses produksi, dan nilai gizi. 

Langkah seperti ini bukan hanya menarik perhatian konsumen dari kalangan Gen Z yang memang peduli dengan teknologi dan sustainability, tetapi juga dapat meningkatkan loyalitas mereka untuk terus jadi pengguna produk Anda.

Solusi lainnya yang juga bisa Anda coba adalah menyeimbangkan antara harga kompetitif dan kualitas produk tanpa mengorbankan margin keuntungan, mengingat daya beli masyarakat yang fluktuatif.

2. Perubahan Perilaku Konsumen yang Cepat

Laporan Google dan Temasek menyebutkan bahwa 58% konsumen di Indonesia pada 2024 berasal dari kalangan Gen Z dan milenial. Namun sebagai target market industri FMCG, perilaku konsumen dari generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya.

Gen Z dan milenial lebih kritis terhadap produk yang akan mereka beli dan cenderung memilih produk yang memiliki nilai sosial, seperti mendukung isu keberlanjutan, keadilan sosial, produk buatan lokal, hingga transparansi brand.

Produk-produk yang dianggap tidak responsif terhadap isu lingkungan, seperti penggunaan plastik sekali pakai, mulai ditinggalkan.  

Sementara brand FMCG, seperti The Body Shop, berhasil menarik perhatian generasi muda dengan kampanye program refill station untuk produknya.

Pada program tersebut, konsumen dapat mengisi ulang kemasan lama untuk mengurangi limbah plastik. Langkah ini tidak hanya meningkatkan penjualan, tetapi juga memperkuat positioning brand sebagai pelopor keberlanjutan.

Di saat yang sama, konsumen muda saat ini lebih  mengutamakan pengalaman berbelanja yang nyaman dan interaktif. 

Banyak dari mereka yang memutuskan membeli suatu produk bukan hanya karena manfaatnya, namun lebih ke pengalaman personal yang mereka dapatkan, mulai dari membaca ulasan konsumen di media sosial, menonton video unboxing, atau berinteraksi langsung dengan brand melalui platform online.

Hal ini sejalan dengan survei Nielsen yang mencatat ada sekitar 82% konsumen di Indonesia mencari review produk secara online sebelum melakukan pembelian. 

Ini menunjukkan kalau ingin menjangkau Gen Z dan milenial sebagai target market, Anda perlu memiliki strategi marketing yang berfokus pada storytelling yang menarik, kampanye sosial yang autentik, dan transparansi dalam setiap aspek bisnis. 

Artinya, media sosial, marketplace, hingga testimoni pelanggan kini menjadi titik penting dalam perjalanan konsumen.

3. Disrupsi Teknologi Digital yang Tidak Terhindarkan

Revolusi digital telah mengubah cara bisnis FMCG beroperasi secara drastis. Teknologi kini menjadi tulang punggung dalam hampir semua proses bisnis, mulai dari produksi, distribusi, hingga pemasaran.

Bisnis yang tidak mengintegrasikan teknologi digital ke dalam strategi perusahaan akan tertinggal, terutama karena konsumen semakin bergantung pada teknologi untuk berbelanja.

Bisa dikatakan, teknologi digital menjadi keharusan bagi bisnis FMCG, tetapi adaptasinya bukan tanpa tantangan. 

Menurut riset McKinsey, 35% pelaku bisnis di Indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan teknologi digital, baik untuk efisiensi operasional maupun pemasaran. 

Hal ini karena transformasi digital membutuhkan investasi besar, seperti pengembangan platform e-commerce, sistem Enterprise Resource Planning (ERP), dan analisis big data

Terkait analisis dan mengelola data besar (big data), sudah pasti membutuhkan resource yang juga besar. Namun, investasi ini seringkali menjadi kendala bagi perusahaan kecil dan menengah yang memiliki keterbatasan anggaran.

Apalagi kalau data yang seharusnya berguna untuk memahami pola perilaku konsumen, ternyata tidak bisa dimanfaatkan dengan baik, akhirnya data tersebut hanya akan menjadi beban operasional.

Strategi dan Solusi Mengatasi Tantangan Bagi Pebisnis di Industri FMCG

Bisnis yang tidak memiliki keahlian dalam analisis data akan kesulitan mengambil keputusan berbasis fakta yang dapat meningkatkan kinerja mereka. 

Ini faktanya yang artinya Anda mau tidak mau harus mampu mengolah, menganalisis, bahkan jika perlu memiliki kemampuan menetapkan benchmark digital marketing menggunakan data sendiri.

Kalau melihat laporan dari berbagai marketplace, seperti Tokopedia dan Shopee, ada kurang lebih 45% pembelian produk FMCG di Indonesia dilakukan melalui platform digital sepanjang tahun 2024.

Data tersebut menunjukkan kalau bisnis Anda tidak hadir secara aktif di e-commerce, maka berpotensi kehilangan pangsa pasar secara signifikan.

Jadi, apa yang perlu dilakukan agar bisnis yang bergerak di industri FMCG bisa sustain dalam persaingan bisnis yang ketat di tahun 2025 ini?

1. Lakukan Riset Konsumen

Riset bukan sekadar mengetahui siapa target pasar Anda, tetapi juga memahami pola pikir dan kebiasaan belanja mereka. 

Anda bisa memanfaatkan survei online, analitik media sosial, mengenali audience data, atau data dari marketplace, untuk menggali insight yang lebih detail dan real time.  

Kalau target market Anda adalah konsumen dari kelompok Gen Z, mulailah memperhatikan tren seperti preferensi mereka terhadap kemasan yang estetik atau produk yang mendukung gaya hidup sehat. 

Semakin detail dan lengkap data yang Anda miliki, akan lebih mudah bagi Anda untuk menyesuaikan komunikasi dan inovasi produk yang lebih relevan dengan kebutuhan mereka.

2. Fokus pada Diferensiasi Produk

Untuk menciptakan keunggulan kompetitif, Anda juga perlu menawarkan sesuatu yang unik dan memang menjadi fokus perhatian masyarakat modern saat ini. Misalnya, membuat produk yang menggunakan bahan baku organik atau kemasan biodegradable.

Selain itu, mengimplementasikan kemasan pintar yaitu kemasan dengan QR code yang memberikan informasi edukatif tentang produk juga bisa mulai Anda pertimbangkan.

Jika memungkinkan, mulailah berinovasi dengan menciptakan rasa dan varian produk yang baru, misalnya teh matcha dengan sentuhan lokal dan sebagainya.

3. Maksimalkan Digital Marketing

Konsumen Indonesia semakin bergantung pada media digital, sehingga strategi pemasaran era sekarang sebaiknya juga selaras dan berfokuskan pada:

4. Berinvestasi pada Teknologi Digital

Adopsi teknologi harus menjadi prioritas untuk meningkatkan efisiensi operasional. Contoh yang bisa Anda terapkan, yaitu menggunakan sistem CRM untuk mempersonalisasi pengalaman konsumen, seperti memberikan rekomendasi produk berdasarkan pembelian sebelumnya.

Anda juga bisa mulai melakukan otomasi produksi untuk mengurangi biaya produksi sekaligus meningkatkan kualitas. 

Bagus lagi kalau Anda juga berinvestasi pada Big Data Analytics yang dapat membantu Anda memahami pola konsumsi, sehingga bisa merencanakan strategi pemasaran yang lebih tepat sasaran.

5. Bangun Kehadiran di E-commerce

Menurut Shopee, kategori FMCG adalah salah satu kategori dengan pertumbuhan tercepat di platform mereka pada 2024. 

Artinya, kalau bisnis Anda juga bergerak di industri yang sama, pertimbangkan untuk memaksimalkan kehadiran brand dan produk Anda di marketplace. Caranya bisa dengan:  

6. Jadilah Brand yang Transparan dan Peduli Sosial

Konsumen muda ingin merasa terhubung dengan brand yang mereka pilih. Jadi mau tidak mau Anda perlu memberikan informasi yang transparan tentang bahan baku, proses produksi, hingga kontribusi sosial brand kamu.

Saat ini, ada banyak brand besar yang mencantumkan sertifikasi keberlanjutan pada produk mereka atau menginisiasi program donasi untuk isu tertentu, seperti pendidikan anak-anak atau konservasi lingkungan.

7. Mengembangkan Ekosistem Digital

Mengingat konsumen dari generasi milenial, bahkan generasi yang lebih muda, seperti Gen Z yang menyukai iklan bertarget, mereka tak lepas dari yang namanya media digital. Ya jelas Anda sebagai pemilik brand harus pula mengembangkan ekosistem digital yang kuat. 

Ekosistem digital yang dimaksudkan di sini terkait performa semua aset digital yang brand Anda miliki, baik media sosial, website, atau platform digital lainnya. 

Jika belum yakin mengenai bagus tidaknya performa aset-aset digital Anda, coba ikut saja program Digital Ecosystem Checkup dari Redcomm.


Dengan mengimplementasikan langkah-langkah di atas, semoga tidak hanya dapat menghadapi tantangan industri FMCG dengan lebih percaya diri, tetapi juga memperkuat posisi bisnis Anda di pasar yang semakin kompetitif.

SUBSCRIBE NOW

RELATED TOPICS:

DISCOVER MORE OF WHAT MATTERS TO YOU

SUBSCRIBE NEWSLETTER