Salah satu kelebihan digital marketing dibandingkan non digital adalah kemampuan manuver yang lebih cepat.
Salah satu kelebihan digital marketing dibandingkan non digital adalah kemampuan manuver yang lebih cepat.
Anda dapat melakukan manuver pada saat eksekusi digital marketing tidak berjalan sesuai dengan proyeksi awal. Misalnya, ketika target audiens kurang merespon konten yang Anda sajikan.
Nah, kunci bermanuver saat eksekusi digital marketing adalah real time optimization. Manuver bisa berlangsung cepat karena teknologi menyediakan data-data yang Anda perlukan untuk mengambil keputusan.
Data-data tersebut tersaji secara real time dalam genggaman, minimal melalui dashboard platform digital, seperti Facebook dan Google.
Inilah yang membedakan manuver menggunakan Real Time Optimization (RTO) dengan manuver pada digital marketing non digital.
Di sini, Anda membutuhkan waktu yang cukup untuk mengumpulkan data sebelum mengambil keputusan.
Data seperti traffic dan respons audiens harus Anda kumpulkan secara manual karena tidak ada koneksi digital dengan touchpoints.
Real Time Optimization adalah strategi pemasaran di mana Anda perlu menganalisis dan menggunakan data kinerja kampanye untuk membuat penyesuaian secara instan atau dalam waktu nyata.
Strategi ini memungkinkan Anda mengetahui apa yang berhasil dan apa yang tidak, tanpa harus menunggu kampanye berakhir.
Melalui penggunaan teknologi dan analisis data yang canggih, Anda dapat memantau performa iklan, konten, atau strategi pemasaran lainnya, dan membuat perubahan saat itu juga untuk mengoptimalkan hasil.
Misalnya, Anda sedang menjalankan kampanye iklan Pay Per Click (PPC). Menggunakan RTO membuat Anda bisa langsung tahu, apakah iklan Anda menarik cukup banyak klik atau apakah perlu disesuaikan agar lebih efektif?
Apa itu optimization? Menurut kamus Merriam Webster, optimization adalah aksi, proses, atau metodologi untuk membuat sesuatu, baik itu berupa desain, sistem atau keputusan, menjadi semakin sempurna, berfungsi penuh, atau bekerja seefektif mungkin.
Secara spesifik, optimization di sini lekat dengan prosedur matematis untuk mencari nilai maksimum dari sebuah fungsi. Kenyataannya memang demikian, kan?
Dalam pandangan marketing pada umumnya, optimalisasi adalah memberikan yang terbaik sehingga hasilnya pun mencapai nilai maksimum. Namun dalam digital marketing, upaya ini lebih terukur dan dekat dengan prosedur matematis.
Contohnya pada optimalisasi email marketing, digital advertising, dan optimalisasi website. Teknik optimalisasi yang paling sering dilakukan adalah A/B Testing dan Multivariate Testing. Keduanya merupakan upaya real time optimization yang terukur.
A/B testing dikenal juga sebagai split testing atau bucket testing. Dalam prosesnya, Anda akan melakukan perbandingan, misalnya membandingkan dua versi dari email, landing page, website, atau materi iklan, untuk mengetahui mana yang performanya paling baik.
Ada beberapa data sebagai matriks yang perlu Anda monitor performanya. Data-data ini, antara lain open rates, click through rates, dan conversion rates.
Pada dasarnya A/B testing adalah sebuah eksperimen di mana dua atau lebih variasi dipaparkan kepada pengguna secara random.
Selanjutnya dilakukan analisis statistik untuk menentukan variasi mana yang performanya lebih bagus untuk mencapai suatu tujuan, biasanya konversi.
A/B testing juga menjadi cara paling gampang untuk optimalisasi. Namun kekurangannya, perlu waktu lama untuk melakukan testing jika variabel yang diukur lebih dari empat.
Dalam situasi ini, A/B testing kurang dapat menunjukkan informasi lebih banyak tentang bagaimana variabel-variabel itu saling berinteraksi mencapai tujuan.
Metode multivariate testing mirip dengan A/B testing, namun dalam multivariate testing variabelnya lebih banyak.
Dengan demikian Anda bisa mendapatkan lebih banyak informasi bagaimana variabel-variabel ini saling berinteraksi satu sama lain.
Kapan menggunakan multivariate testing? Anda bisa menggunakannya ketika perbedaan antara satu variasi dengan variasi yang lainnya tipis-tipis.
Jadi, menggunakan A/B testing memungkinkan Anda menetapkan format atau variasi utama yang kinerjanya terbaik.
Lalu dengan multivariate test, Anda menemukan detail-detail elemen mana dari variasi utama itu yang paling efektif mencapai tujuan.
Sebagai contoh: multivariate testing pada landing page yang memiliki beberapa elemen. Di dalamnya ada formulir registrasi, teks utama dengan Call To Action (CTA) yang menarik, dan footer.
Jika melakukan A/B testing, Anda perlu membuat dua desain landing page yang sama sekali berbeda, untuk tahu mana halaman landing dengan elemen tertentu yang memiliki performa terbaik.
Sementara kalau memilih menerapkan multivariate testing, yang Anda buat berupa dua versi formulir registrasi dengan kolom isian yang berbeda, tiga versi teks dengan CTA, dan dua footer.
Anda menguji semua kombinasi yang mungkin dibuat dengan berbagai variasi tersebut. Metode ini disebut juga sebagai full factorial testing.
Semakin banyak elemen yang diuji, semakin kompleks testing-nya. Waktu yang dibutuhkan juga lebih lama.
Oleh karena itu, multivariate testing lebih cocok untuk menguji digital asset dengan traffic yang signifikan. Lalu dengan melakukan perbaikan sedikit saja, bisa membuat kinerja digital asset tersebut meningkat tajam.
Pertanyaan selanjutnya, apa yang dibutuhkan supaya perusahaan bisa menjalankan real time optimization dengan baik? Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda perlu memahami seluruh rangkaian prosesnya.
Berangkat dari definisi optimalisasi di awal artikel ini, Anda bisa mengidentifikasikan ada tiga proses dalam real time optimisation, yaitu:
Satu aktivitas tambahan adalah melakukan ketiga proses itu dalam siklus mingguan, bulanan, per kuartal dan tahunan. Secara lengkap, baca penjelasannya di bawah ini.
Anda sudah tahu, kan, kalau data memiliki peran krusial dalam setiap tahapan digital marketing? Ya, Anda akan berhubungan dengan data saat perencanaan, eksekusi sampai evaluasi.
Namun dalam konteks real time optimization, data di sini adalah yang digunakan pada tahap eksekusi. Tahap di mana data berperan meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari eksekusi strategi.
Data apa saja yang dibutuhkan? Paling penting adalah data yang bisa menjadi indikator efektivitas dan efisiensi dari aktivitas digital marketing.
Efektivitas merujuk pada seberapa besar upaya yang Anda lakukan bisa mendatangkan hasil. Efisiensi adalah berapa biaya atau resources yang Anda keluarkan untuk mencapai hasil tersebut.
Contoh data efektivitas adalah impressions, reach, clicks, open rates, video views, dan conversion rate. Sementara data yang berkaitan dengan efisiensi, antara lain CPM, CPC, CPV atau Cost Per Conversion.
Anda mengumpulkan data-data tersebut untuk mendapatkan informasi tentang respons platform, respons dari target audience, dan dampaknya pada bisnis.
Data-data itu dengan mudah bisa Anda dapatkan dari platform digital marketing yang Anda gunakan, seperti Facebook, Google, atau yang berbasis programmatic advertising.
Khusus untuk programmatic advertising, biasanya Anda perlu menambahkan tools atau feature khusus untuk melengkapi pengumpulan data.
Lalu, jika memiliki banyak touchpoints dalam digital marketing, sebaiknya Anda mengotomatisasikan proses pengumpulan data. Penjelasan mengenai hal ini bisa Anda baca di artikel Cara Efektif Menggunakan Alat Otomatisasi Pemasaran.
Tantangan muncul di tahap berikutnya, yakni menarik insights. Ini berarti ada proses mengolah dan menganalisis data untuk menemukan problem dan potensi problem.
Pada tahap inilah Anda membutuhkan data analyst dalam organisasi marketing. Misalnya, ada kondisi ketika jumlah impressions dan reach per hari kecil, sehingga penyerapan budget-nya rendah dibandingkan dengan rencana awal.
Umumnya pada kondisi ini ada indikasi masalah dengan respons platform. Mungkin buying method-nya salah, ada masalah dengan materi iklan, atau pemilihan audience data untuk targeting yang terlalu niche.
Hasil analisis bisa langsung ditindak lanjuti oleh tim, namun ada juga beberapa hal yang perlu mendapat pertimbangan dari pengambil keputusan bisnis.
Maka visualisasi data sangat penting untuk membuat informasi lebih mudah dimengerti, misalnya dengan menyajikan data dalam bentuk grafik, bagan, atau format visual yang lain.
Hubungan antar data dikomunikasikan melalui gambar. Ini sangat penting karena visualisasi memudahkan Anda melihat tren dan pola. Pastikan Anda memiliki data visualization tool yang handal.
Berdasarkan informasi dan hasil analisis, selanjutnya Anda perlu menentukan perubahan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana Anda akan melakukannya.
Pada tahap ini, penting bagi Anda untuk membuat beberapa hipotesis hasil dari perubahan. Dalam membuat hipotesis, sebaiknya gunakan data-data historikal sebagai basis.
Seringkali hipotesis itu perlu diuji terlebih dahulu melalui A/B testing atau multivariate testing seperti yang disampaikan di awal artikel.
Baik strategis maupun taktis, eksekusi dari perubahan ini membutuhkan kematangan dari tim marketing maupun para mitra, seperti digital marketing agency Indonesia atau digital agency Jakarta.
Kematangan ini merujuk pada dua hal, yakni data driven culture dan marketing operational excellence.
Aksi inilah yang menjadi inti dari melakukan manuver dalam digital marketing. Sudah siapkah perusahaan Anda menjalankannya? Jika belum, mari berdiskusi dengan menghubungi Kontak Redcomm.
DISCOVER MORE OF WHAT MATTERS TO YOU
RELATED TOPIC