Konsumen yang meninggalkan shopping cart atau keranjang belanja tanpa melakukan pembelian merupakan masalah umum yang banyak dialami pebisnis dan pemilik toko online, baik yang berskala kecil maupun besar.
Konsumen yang meninggalkan shopping cart atau keranjang belanja tanpa melakukan pembelian merupakan masalah umum yang banyak dialami pebisnis dan pemilik toko online, baik yang berskala kecil maupun besar.
Ada banyak penyebab konsumen tak jadi membeli, seperti beralih mencari penawaran lain atau bisa jadi sejak awal tidak berniat beli.
Untungnya, tools digital marketing, seperti retargeting ads bisa mengatasi masalah ini, asalkan Anda menerapkan strategi retargeting campaign yang tepat dan efektif. Yuk, simak penjelasan lengkap mengenai tips dan caranya di artikel ini.
Pada artikel Redcomm Knowledge kali ini, Anda bisa mempelajari tujuh tips tentang bagaimana meluncurkan retargeting campaign yang berhasil untuk meningkatkan potensi terjadinya konversi, mendorong pembeli check out keranjang dan melakukan transaksi pembelian, dan pastinya meningkatkan keuntungan usaha.
Sebelum meluncurkan retargeting campaign, Anda perlu mendefinisikan dulu siapa yang sebenarnya ingin Anda targetkan ulang. Misalnya, ingin menargetkan konsumen yang meninggalkan keranjang belanja, maka fokuskan iklan Anda kepada mereka.
Nah, beberapa cara melakukan segmentasi pasar supaya saat melakukan retargeting bisa berhasil, sebagai berikut:
Pembeli online terpapar ratusan iklan setiap hari. Agar iklan Anda terlihat menonjol di antara ratusan iklan tersebut, pastikan iklan Anda terlihat kreatif, jelas, dan memikat.
Lalu supaya retargeting campaign yang Anda lakukan memberi hasil sesuai harapan, berikut beberapa hal yang perlu Anda terapkan:
Untuk memahami alasan calon pembeli meninggalkan keranjang belanja tanpa melakukan pembelian, tempatkan diri Anda dalam posisi mereka.
Apa yang bisa meyakinkan Anda untuk melakukan pembelian? Apa yang akan Anda lakukan saat menemukan adanya biaya tersembunyi di halaman arahan? Apa yang bisa membuat Anda berkunjung kembali ke suatu website?
Menentukan kapan memulai retargeting adalah kunci berhasil tidaknya retargeting ads yang Anda lakukan. Jika Anda mulai memberikan iklan tepat setelah mereka meninggalkan keranjang atau melakukan pembelian, Anda berisiko terlihat mengganggu atau terlalu memaksa.
Sebaliknya, menunggu terlalu lama dapat membuat mereka melupakan merek Anda dan beralih pada penawaran yang kompetitor berikan.
Untuk menemukan timing yang tepat memulai kampanye retargeting ads, Anda bisa meninjau data historis yang telah dikumpulkan tentang pelanggan. Adakah korelasi antara demografi, perilaku, tipe produk, dan frekuensi pembelian? Gunakan informasi tersebut sebagai titik awal untuk menyesuaikan waktu retargeting campaign.
Selain itu, iklan Anda mungkin mengikuti pembeli dari situs ke situs. Jika mereka melihat visual dan pesan yang sama berulang-ulang, mereka mungkin jenuh dan tidak tertarik dengan merek Anda. Beberapa ahli merekomendasikan membatasi frekuensi iklan antara 17 hingga 20 kali sebulan.
Pada akhirnya, usahakan untuk tidak membanjiri pembeli dengan iklan yang bisa berdampak negatif. Hormati ruang online mereka tanpa mengorbankan tujuan pemasaran Anda.
Pernahkah Anda mengalami terpapar puluhan iklan dari brand yang produknya Anda beli, maupun iklan dari produk pesaing, setelah melakukan pembelian produk online?
Ini tentu sangat mengganggu, kan? Jika Anda saja merasa terganggu, jangan sampai Anda melakukan hal yang sama terhadap konsumen dari bisnis Anda.
Untuk mencegah pemborosan sumber daya pemasaran pada pembeli yang sudah melakukan pembelian dan tidak akan melakukan pembelian lagi dalam waktu dekat, Anda bisa mengimplementasi burn pixel yang dapat menghentikan iklan begitu konsumen telah membeli produk yang ditawarkan dalam iklan.
Selain itu, Anda juga bisa mengatur retargeting ads untuk mengecualikan konsumen yang akhirnya melakukan transaksi pembelian. Mereka mungkin tidak akan melakukan pembelian ulang dalam waktu dekat. Menyaring audiens seperti ini bisa membatasi kinerja iklan pencarian yang Anda pasang.
Untuk memastikan keberhasilan kampanye, lakukan A/B testing secara terus-menerus pada teks, penawaran, frekuensi, waktu, kreatif, CTA, dan segmentasi pasar.
Dengan cara ini, Anda dapat menentukan elemen mana yang paling memengaruhi KPI yang telah ditentukan sebelumnya.
Melakukan A/B testing memang membutuhkan waktu khusus dan kemampuan untuk menganalisis. Supaya memudahkan prosesnya, bekerja sama saja dengan digital marketing agency Indonesia yang sudah berpengalaman dalam menyelenggarakan retargeting campaign sekaligus melakukan analisis hasilnya.
Personalisasi adalah kunci dalam retargeting. Gunakan data pelanggan untuk membuat pesan yang relevan dan spesifik.
Personalisasi dapat meningkatkan tingkat respons dan konversi, karena pembeli merasa diperhatikan dan dihargai.
Terakhir, selalu analisis hasil kampanye Anda dan lakukan optimasi secara berkala. Gunakan data analitik untuk memahami perilaku konsumen dan menyesuaikan strategi Anda sesuai kebutuhan.
Beberapa analisis yang bisa Anda lakukan, misalnya:
Fakta yang tak bisa dipungkiri, dunia digital akan terus berubah sehingga penyelenggaraan retargeting campaign harus terus disesuaikan agar tetap relevan dengan target market.
Cara agar bisa mengikuti perubahan yang terjadi, antara lain:
Dengan mengikuti tujuh cara di atas, Anda dapat meluncurkan retargeting campaign yang sukses dan meningkatkan konversi pada shopping cart. Ingat, retargeting adalah proses yang memerlukan pengawasan dan penyesuaian terus-menerus untuk mencapai hasil yang optimal.
Dalam prosesnya, pastikan juga Anda tidak tertukar mengimplementasikan retargeting dan remarketing. Ini lho Perbedaan Retargeting dan Remarketing. Lalu, pastikan juga Anda tahu cara Menyusun Strategi Digital Marketing bagi Pemilik Bisnis.
DISCOVER MORE OF WHAT MATTERS TO YOU
RELATED TOPIC