Ketika standar kecantikan perempuan ditentukan oleh algoritma dan filter digital, maka brand yang berani menentang arus justru mendapat tempat spesial di hati audiens. Dove adalah salah satu contohnya.
Ketika standar kecantikan perempuan ditentukan oleh algoritma dan filter digital, maka brand yang berani menentang arus justru mendapat tempat spesial di hati audiens. Dove adalah salah satu contohnya.
Melalui kampanye #TurnYourBack di TikTok, Dove tidak hanya mengangkat isu penting tentang kesehatan mental remaja perempuan, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai brand yang konsisten mengusung nilai-nilai autentik.
Apa sih yang melatarbelakangi kampanye ini? Yuk cari tahu di sini lengkap dengan strategi yang digunakan hingga bisa viral, serta insight penting lainnya yang perlu Anda tahu.
Dove mendorong orang untuk 'memalingkan punggung' pada filter baru TikTok “Bold Glamour” sebagai bagian dari misinya untuk menciptakan gerakan #NoDigitalDistortion.
Kampanye yang dipimpin oleh para influencer, dikembangkan oleh Ogilvy dan DAVID, dimulai dengan membagikan perasaan mereka terkait keberadaan filter Bold Glamour dan dampak buruknya.
Hal ini karena filter tersebut mampu mengubah wajah seseorang menjadi versi “sempurna” yang nyaris tidak terdeteksi AI, namun dapat menciptakan pengaruh buruk terhadap citra tubuh remaja dan perempuan muda.
Menurut data dari Dove Self Esteem Project:
Dengan dasar data inilah, Dove menggandeng agensi DAVID Madrid dan Ogilvy UK serta melibatkan komunitas kreatif global untuk menggarap kampanye yang otentik, relevan, dan menggugah.
Siapa sangka hanya dalam 7 hari sejak peluncurannya, hashtag #TurnYourBack telah dilihat lebih dari 365 juta kali (mungkin lebih sekarang).
Kampanye ini menggerakkan orang untuk bersama-sama menentang bentuk distorsi digital yang merugikan ini dengan secara fisik memalingkan punggung pada filter tersebut.
Jadi penyelenggaraan kampanye ini menggandeng sejumlah influencer global untuk membuat video TikTok yang menunjukkan mereka memalingkan punggung ke kamera saat filter Bold Glamour aktif.
Aksi sederhana ini menjadi simbol penolakan terhadap bentuk distorsi yang merugikan dan standar kecantikan digital palsu.
Dalam 7 hari, kampanye ini sukses:
Kampanye ini diluncurkan ketika Ogilvy sedang mengadakan pertemuan kreatif global dengan anggota komunitas kreatifnya dari seluruh dunia.
Briefing diberikan kepada komunitas kreatif sebagai Brief Tanpa Batas, dan dalam waktu kurang dari 24 jam, agensi tersebut mendapatkan lebih dari 250 slide ide.
Hasil akhir ini adalah produk dari kreativitas tanpa batas yang mendorong jaringan kreatif global Ogilvy. Pada akhirnya, tim bersatu di sekitar gagasan #TurnYourBack, yang dibuat oleh DAVID Madrid dan Ogilvy UK dengan bantuan produksi dari DAVID São Paulo.
Kampanye Dove ini bukan sekadar pernyataan sikap menolak kehadiran filter kecantikan, melainkan ada pelajaran berharga bagaimana brand bisa membangun hubungan emosional dengan audiens.
Bisa dikatakan inilah studi kasus yang nyata bahwa strategi marketing bisa membaur dengan isu sosial untuk menciptakan resonansi yang kuat untuk memperkuat loyalitas konsumen.
Beberapa insight penting yang bisa Anda pelajari dari digital campaign dari Dove ini, antara lain:
Konsumen masa kini, terutama Gen Z, tidak hanya peduli pada produk, tetapi mereka juga aware dengan nilai-nilai yang diperjuangkan sebuah brand.
Mereka ingin mendukung brand yang selaras dengan keyakinan dan isu sosial yang mereka anggap penting.
Dove berhasil mempertahankan relevansinya dengan target audiens karena konsisten menyuarakan isu body positivity dan kesehatan mental.
Brand purpose yang jelas dan autentik bukan sekadar jargon, tetapi landasan emosional yang membangun loyalitas jangka panjang dan kepercayaan konsumen.
Kalau saat ini Anda ingin menyelenggarakan digital campaign yang impactful, namun masih bingung dengan brand purpose yang relevan, coba Kontak Redcomm dulu dan berdiskusilah dengan tim ahli.
Redcomm digital marketing agency Indonesia, penyandang predikat Agency of the Year 7x dalam 7 tahun berturut-turut, sudah berpengalaman dalam membantu brand menyelenggarakan kampanye yang berdampak dan hasil yang baik.
Tidak semua platform digital cocok untuk semua kampanye.
Dove memilih TikTok karena di platform inilah tempat berkumpulnya Gen Z dan remaja, kelompok yang paling terpapar efek negatif dari filter kecantikan.
Dengan hadir di ruang yang relevan, brand tidak hanya “terlihat”, tetapi juga “terdengar” oleh audiensnya.
Ini adalah pelajaran penting bahwa pemilihan platform harus berdasarkan perilaku digital audiens, bukan sekadar tren.
Salah satu kekuatan kampanye Dove adalah menjadikan influencer sebagai co-creator, bukan hanya juru bicara.
Influencer berbagi kisah pribadi mereka tentang tekanan sosial terhadap penampilan, yang membuat pesan kampanye terasa lebih jujur dan mengena.
Cara ini ternyata efektif untuk memperkuat engagement karena audiens lebih percaya pada pengalaman nyata dibanding sekadar endorsement.
Dalam praktiknya, Anda bisa memilih micro influencer dengan keterlibatan tinggi untuk menggerakkan kampanye dengan cara yang lebih personal dan berdampak.
Visual kampanye #TurnYourBack sangat minimalis, hanya aksi memalingkan punggung, namun sarat makna. Kesederhanaan ini justru membuat pesan mudah diterima, ditiru, dan diviralkan.
Ini menunjukkan bahwa kekuatan visual dalam kampanye tidak selalu bergantung pada produksi mewah, tetapi pada makna yang dikomunikasikan secara simbolis dan emosional.
Insight bagi Anda para marketer: keep it simple, but make it meaningful.
Dove tidak asal bersuara. Mereka memulai kampanye dengan data kuat dari Dove Self Esteem Project, yang memperlihatkan urgensi isu distorsi digital terhadap self esteem remaja.
Penggunaan data membuat kampanye lebih kredibel dan tidak terkesan oportunistik.
Di era hoaks dan distrust terhadap brand, pendekatan berbasis riset ini adalah investasi untuk membangun brand trust.
Setiap kampanye besar seharusnya punya insight data sebagai pijakan narasi, bukan sekadar spekulasi kreatif.
Menurut laporan Fragment Forward dan trend SEMrush 2025, kampanye berbasis nilai akan terus dominan. Konsumen tidak hanya membeli produk, mereka membeli “purpose” dan “value alignment”.
Brand seperti Dove, Patagonia, dan Ben & Jerry's menunjukkan secara jelas, ketika nilai dan aksi sejalan, dampaknya jauh melampaui angka penjualan.
Maka saat Anda mau menyelenggarakan digital campaign yang impactful bagi brand, coba terapkan tips berikut:
Dove membuktikan bahwa kampanye yang menyuarakan kebenaran, meskipun berisiko, bisa menghasilkan resonansi luar biasa.
Anda sebagai marketer maupun pemilik bisnis juga bisa mengambil inspirasi dari sini: mulailah dengan empati, komunikasikan dengan kejujuran, dan rangkul audiens sebagai bagian dari gerakan, bukan sekadar target pasar.
Di tengah lautan konten yang seragam, keberanian untuk tampil berbeda adalah kekuatan.
Yuk, siapkan konten Anda dan ciptakan kampanye yang bermakna bersama Redcomm Group digital marketing agency Jakarta terpercaya. Langsung Kontak Redcomm sekarang juga ya.
DISCOVER MORE OF WHAT MATTERS TO YOU
RELATED TOPIC