knowledge
MENU
SEARCH KNOWLEDGE

7 Trend Influencer Marketing Terkini yang Perlu Marketer Perhatikan untuk Persiapan Tahun 2025

22 Oct  · 
3 min read
 · 
eye 1.540  
Influencer / KOL Management

Influencer

Influencer marketing adalah salah satu strategi pemasaran paling efektif dalam beberapa tahun terakhir. Fakta ini pasti sudah Anda tahu, kan? 

Namun fakta berikutnya yang juga tak bisa Anda pungkiri, yaitu industri ini terus berubah begitu cepat karena konsumen yang berinteraksi dengan berbagai konten dan para influencer yang juga terus berevolusi.

Inilah yang membuat trend juga ikut terus mengalami perubahan. 

Maka mau tidak mau, Anda perlu mengikuti trend agar dapat memanfaatkan momentum dan mengoptimalkan kampanye yang lebih relevan, engaging, dan tentunya, lebih menghasilkan. 

Jika Anda tidak update, risiko tertinggal dari kompetitor menjadi lebih besar. Jadi, apa saja yang perlu Anda perhatikan terkait trend influencer marketing terkini agar tak tertinggal? 

Simak yuk di Redcomm Knowledge kali ini.

7 Trend & Strategi Influencer Marketing untuk Bisnis Growth di 2025

1. Kombinasi dengan Iklan Berbayar

Salah satu trend yang sudah terbukti memberi positive impact adalah mengkombinasikan kekuatan influencer dengan iklan berbayar.

Tak hanya memperluas jangkauan dan meningkatkan engagement. Strategi ini ternyata bisa meningkatkan Return of Investment (ROI) hingga 200%! 

Anda bisa membuktikannya sendiri dengan menghitung ROI di media sosial setelah penyelenggaraan campaign.

Hal inilah yang kemudian mendorong banyak brand ikut menerapkan cara yang sama dalam strategi pemasaran mereka.

Tetapi ada hal penting yang juga perlu Anda perhatikan. Konten influencer yang akan Anda gunakan untuk iklan berbayar harus berdasarkan kesepakatan kerjasama ya. Jangan sampai terjadi masalah di kemudian hari bagi brand Anda.

2. Era Micro Influencer & Live Streaming

Selebgram, selebtwit, selebtok,  atau bahkan mega influencer mungkin tenar, tetapi sekarang micro influencer juga lagi naik daun. Kenapa? 

Karena micro influencer dengan pengikut antara 10.000 hingga 100.000 memiliki tingkat keterlibatan yang lebih tinggi. 

Audiens merasa micro influencer lebih otentik dan personal dalam merekomendasikan produk dan ulasan produk mereka juga lebih jujur.

Ini membuat hubungan antara influencer dan pengikutnya lebih genuine dan relatable sehingga meningkatkan kepercayaan terhadap brand.

Tren selanjutnya fokus ke stories dan live. Dulu, influencer marketing lebih ke postingan di feed Instagram. Tapi sekarang, endorse atau kampanye di stories dan live lebih efektif.

Alasannya karena pesan pemasaran yang padat dalam 15-30 detik lebih mudah audiens pahami. Plus, saat live streaming, influencer bisa mengobrol lama dengan audiens, jadi engagement lebih bagus.

3. Bahaya Cancel Culture

Cancel culture adalah situasi di mana seorang influencer dihujani kritik hingga “diboikot” akibat pernyataan atau tindakan yang dianggap tidak pantas. 

Untuk brand yang bekerjasama dengan influencer, cancel culture bisa menjadi risiko besar. Sekali influencer terlibat dalam kontroversi, brand juga bisa terkena imbasnya. Hal ini karena Gen Z dan sebagian besar audiens peduli dengan isu sosial dan lingkungan.

Makanya, influencer dan brand harus hati-hati. Influencer wajib punya strategi PR yang positif. Brand juga mesti teliti dalam memilih influencer yang benar-benar oke

Lebih baik lakukan riset mendalam terkait latar belakang influencer yang mau diajak kerja sama. Pantau rekam jejak digital mereka untuk menghindari potensi risiko yang bisa merugikan citra brand Anda di masa depan.

Cara paling aman, Anda bisa menggandeng digital marketing agency Indonesia yang memiliki layanan KOL atau influencer management. Mereka akan membantu memilihkan influencer yang relevan dan baik buat brand Anda. Anda bisa langsung menghubungi Kontak Redcomm.

Selain itu, Anda juga perlu menjaga hubungan yang baik dengan influencer untuk panen hasil. Kalau influencer suka banget sama brand, mereka bakal terus mempromosikan brand Anda.

Tapi jangan maksa ya, biar mereka mau dengan sukarela. Ini bikin hubungan makin erat.

4. IGC dan Niche Spesifik

Nah, ada juga strategi IGC (Influencer Generated Content). Pengertian Influencer Generated Content atau IGC adalah konten yang dihasilkan oleh influencer untuk mendukung brand, tanpa dibayar lho ini mereka bikinnya.

Konten jenis ini semakin diminati karena otentik dari influencer, lebih natural, bukan konten yang dikendalikan sepenuhnya oleh brand. Namun untuk bisa mendapatkan IGC, jelas prosesnya tidak sebentar. Ini sangat bergantung pada kedekatan Anda dengan influencer-nya.

Di saat yang sama, Anda juga bisa mencari influencer dengan niche yang spesifik. Makin spesifik, makin efektif dan efisien Anda menjangkau target pasar.

Contohnya, brand Anda adalah makanan vegan di Bali. Maka cari influencer yang kontennya banyak mengulas tentang makanan sehat khusus vegan di Bali.

5. Otomatisasi dan AI dalam Influencer Marketing

Teknologi terus berkembang, dan otomatisasi serta kecerdasan buatan (AI) kini mulai diterapkan dalam strategi influencer marketing

Penggunaan platform otomatisasi influencer marketing mempermudah proses menemukan influencer, mengelola kampanye, hingga melacak performa kolaborasi secara real time

AI juga dapat membantu memprediksi influencer mana yang paling sesuai dengan target audiens dan akan menghasilkan ROI tertinggi.

6. Keberlanjutan dan Aktivisme Sosial

Konsumen saat ini lebih sadar tentang isu-isu sosial dan lingkungan. Hal ini mendorong trend di mana brand bekerja sama dengan influencer yang mempromosikan keberlanjutan dan nilai-nilai aktivisme sosial. 

Influencer yang mendukung gerakan, seperti perubahan iklim, keadilan sosial, atau keberagaman, memiliki daya tarik yang besar di mata generasi muda, terutama Gen Z dan milenial.

Hal ini juga ada dalam laporan yang dirilis Sprout Social, bahwa kurang lebih 70% konsumen cenderung membeli dari brand yang berkomitmen pada isu-isu sosial yang penting bagi mereka.

Nah, Anda sebagai pihak dari brand harus benar-benar mempertimbangkan trend ini dan memilih influencer yang sejalan dengan nilai-nilai keberlanjutan dan sosial.

7. Diversifikasi Platform Media Sosial

Trend terakhir yang harus Anda perhatikan adalah diversifikasi platform media sosial. 

Dulu, influencer marketing sering kali berpusat pada Instagram dan YouTube, namun kini semakin banyak platform lain yang menjadi medan pertempuran baru bagi influencer

TikTok, misalnya, telah tumbuh menjadi salah satu platform utama untuk influencer marketing dengan fitur video pendek yang sangat engaging.

Selain itu, platform-platform, seperti Twitch, Clubhouse, hingga LinkedIn, juga mulai menunjukkan potensi bagi influencer marketing di segmen-segmen tertentu. 

Misalnya, LinkedIn sangat cocok untuk influencer yang fokus pada B2B, sedangkan Twitch lebih cocok untuk audiens gaming dan e-sports.

Dengan diversifikasi ini, Anda sebagai marketer harus lebih cermat memilih platform yang sesuai dengan target audiens dan jenis kampanye yang ingin Anda jalankan.


Nah, itulah 7 trend influencer marketing terkini yang perlu Anda cermati untuk mengikuti perubahan trend selanjutnya di tahun 2025. Jika ingin bekerja sama dengan influencer, cek dulu Berapa Biaya yang Harus Disiapkan untuk Kerja Sama dengan Influencer?

SUBSCRIBE NOW

RELATED TOPICS:

DISCOVER MORE OF WHAT MATTERS TO YOU

SUBSCRIBE NEWSLETTER