knowledge
MENU
SEARCH KNOWLEDGE

Data First-Party: Tren Digital Marketing Baru di Era Tanpa Cookies

 · 
2 min read
 · 
eye 1.958  
Digital Marketing

Success

Dunia digital sedang bergerak menuju era tanpa cookies. 

Platform besar seperti Chrome telah menghapus dukungan terhadap third-party cookies, dan konsumen kini menuntut transparansi lebih dalam hal pengelolaan data.

Artinya, cara lama dalam menargetkan dan melacak audiens tak lagi relevan. 

Di tengah perubahan ini, muncul tren digital marketing yang dinilai sebagai solusi yaitu data first-party.

Secara singkat, data first-party adalah data yang Anda kumpulkan langsung dari interaksi pelanggan dengan brand Anda.

Data ini bukan sekadar kumpulan angka melainkan penghubung percakapan yang lebih personal, relevan, dan berbasis kepercayaan.

Dan di tengah maraknya AI marketing, data first-party kini menjadi insight utama bagi strategi digital marketing yang efektif dan berkelanjutan.

Mengapa Data First-Party Jadi Pijakan Utama Strategi Marketing Modern

Menurut laporan terbaru dari Google dan Nielsen, hanya 1 dari 3 marketer yang benar-benar memanfaatkan data first-party secara efektif. 

Padahal, di tengah meningkatnya batasan privasi digital, data ini adalah aset paling strategis yang dimiliki brand.

Data first-party berasal dari beberapa sumber seperti:

  • Aktivitas pelanggan di website atau aplikasi,
  • Transaksi dan riwayat pembelian,
  • Email engagement,
  • Formulir pendaftaran atau interaksi CRM,
  • Dan feedback pelanggan langsung.

Keunggulannya jelas; Anda memiliki kendali penuh atas kualitas dan penggunaan data tersebut, sekaligus membangun trust karena pelanggan tahu mereka berbagi data secara sukarela dan aman.

Bila dikelola dengan benar, data first-party memungkinkan Anda untuk:

  • Memahami perilaku pelanggan lebih akurat,
  • Mengukur konversi secara presisi,
  • Dan memperkuat efektivitas algoritma AI yang mengandalkan data berkualitas tinggi.

Tagging dan Integrasi Data: Komponen Penting untuk Akurasi Pengukuran

Koleksi data tanpa sistem tagging yang rapi dapat menyebabkan brand membangun strategi tanpa arah. 

Salah satu tantangan besar marketer saat ini adalah mengorganisasi data first-party agar bisa dimanfaatkan lintas kanal.

Tools seperti Google Tag Manager atau Google Ads Data Manager kini menjadi elemen kunci untuk menyederhanakan proses ini. 

Tagging yang tepat dapat membantu brand:

  • Melacak perilaku pengguna di berbagai platform,
  • Menghubungkan data dengan CRM dan sistem analitik,
  • Dan memastikan pengukuran konversi tetap akurat meski tanpa cookies pihak ketiga.

Contoh menarik datang dari The North Face, yang menggunakan Google Tag Manager untuk membaca perilaku pengguna secara real-time. 

Data ini kemudian dikonversi menjadi insight yang membantu mereka menyesuaikan nama produk dan kata kunci pencarian yang menghasilkan konversi dan pendapatan meningkat signifikan.

Sinergi Data First-Party dan AI: Personalisasi yang Tetap Menjaga Privasi

Di era AI ini, pemanfaatan teknologi bukan lagi sekadar alat bantu analitik melainkan decision engine.

Namun, AI hanya bergantung pada kualitas data yang Anda berikan, sehingga peran data first-party ini menjadi krusial.

Data ini memberi konteks yang optimal; preferensi pelanggan, minat, perilaku konsumen, bahkan waktu ideal untuk berinteraksi.

Ketika dikombinasikan dengan AI, Anda bisa menciptakan hyper-personalized experiences yang tetap menjaga privasi pengguna. 

Contohnya, brand sepeda langganan asal Belanda, Swapfiets, menggabungkan data pelanggan mereka (online dan offline) dengan algoritma AI Google Performance Max. 

Hasilnya, mereka berhasil meningkatkan transaksi pelanggan baru hingga 36%, sekaligus menjaga biaya akuisisi tetap efisien.

Tren ini menunjukkan bahwa masa depan bukan tentang mengumpulkan lebih banyak data, tetapi mengelola data yang lebih berkualitas dan bermanfaat.

Data-Driven Trust: Saat Marketing Menjadi Lebih Manusiawi

Mengumpulkan data hari ini bukan hanya tentang performa kampanye, tapi tentang membangun kepercayaan dan loyalitas jangka panjang.

Pelanggan semakin sadar bahwa data mereka punya nilai

Mereka akan bersedia memberikannya tapi hanya jika brand memberikan value exchange yang rasional dan jelas seperti pengalaman lebih relevan, layanan lebih cepat, dan komunikasi yang lebih personal.

Dengan strategi data first-party yang kuat, brand dapat:

  • Menciptakan pengalaman pelanggan yang lebih terarah,
  • Mengurangi ketergantungan pada iklan invasif,
  • Dan membangun komunitas pelanggan yang loyal.

Di tengah era AI marketing, keunggulan brand bukan hanya soal teknologi, tetapi tentang bagaimana Anda menggunakan data untuk memahami dan memberikan layanan optimal untuk pelanggan.

Perubahan menuju era tanpa cookies bukan akhir dari tren digital marketing yang berbasis data melainkan awal dari strategi yang lebih cerdas dan efisien.

Data first-party membantu brand mewujudkan pertumbuhan jangka panjang dengan inovasi privasi pelanggan lebih terlindungi, AI bekerja dengan input yang berkualitas, dan brand Anda bisa menciptakan hubungan yang lebih personal dan bermakna.

Kini saatnya bisnis beralih dari tracking audience ke understanding people.

Ingin tahu bagaimana mengoptimalkan strategi data first-party untuk meningkatkan kinerja kampanye digital Anda?

Konsultasikan bersama tim Redcomm dan temukan cara membangun AI-ready marketing strategy yang berbasis kepercayaan!

SUBSCRIBE NOW

RELATED TOPICS:

DISCOVER MORE OF WHAT MATTERS TO YOU

SUBSCRIBE NEWSLETTER