Ketika memasuki periode 12.12, perilaku konsumen akan bergerak membentuk pola yang cukup konsisten dari tahun ke tahun.

Ketika memasuki periode 12.12, perilaku konsumen akan bergerak membentuk pola yang cukup konsisten dari tahun ke tahun.
Meski platform, fitur, dan tren marketing terus berkembang, pola dasar ini tetap menjadi komponen penting bagi brand untuk merencanakan strategi kampanye yang efektif.
Momen ini bukan sekadar euforia diskon, tetapi titik krusial di mana perhatian konsumen terpusat, persaingan memuncak, dan keputusan pembelian dipengaruhi oleh lebih banyak faktor emosional maupun rasional.
Banyak brand yang masih melihat 12.12 sebagai perpanjangan dari high season sebelumnya.
Padahal, perilaku konsumen jelang 12.12 memiliki ritme tersendiri; lebih cepat, lebih selektif, dan lebih dipengaruhi oleh pengalaman dari campaign sebelumnya.
Memahami pola ini menjadi kunci agar brand tidak sekadar hadir di periode 12.12, tetapi muncul lebih relevan di tengah hiruk-pikuk penawaran.
Agar dapat memaksimalkan performa, simak dahulu pola perilaku konsumen menjelang 12.12 dan peluang yang dapat dimanfaatkan brand.
Menjelang 12.12, konsumen tidak lagi mulai dari awareness nol.
Mereka sudah terpapar berbagai campaign sejak periode 9.9 hingga 11.11, sehingga sebagian besar calon pembeli berada di fase warm checkout.
Artinya mereka tinggal menunggu momentum terbaik untuk klik ‘Beli’ atau melakukan pembelian.
Pola perilaku konsumen yang muncul menyangkut hal ini biasanya:
Menyikapi peluang ini, brand perlu mulai ‘memanaskan’ calon pembeli lebih awal dengan penawaran bertahap, bukan hanya menaruh diskon besar di hari puncak.
Strategi pre-launch, early access, dan teasing bundling sering kali meningkatkan conversion lebih tinggi.
Di periode 12.12, konsumen semakin sensitif terhadap harga, tetapi bukan berarti mereka hanya mengejar harga termurah.
Mereka cenderung mencari value for money, bukan sekadar potongan harga besar.
Perilaku yang muncul:
Brand bisa memanfaatkan pola ini dengan strategi value stacking yakni menambah manfaat tanpa harus membakar diskon.
Contohnya:
Menjelang 12.12, konsumen memiliki pola waktu pencarian yang cukup identik dan serentak.
Lonjakan pencarian biasanya terjadi pada:
Konsumen menunggu kode promo khusus di jam tertentu dan mengikuti hype flash sale yang didorong oleh notifikasi marketplace.
Brand bisa memaksimalkan momentum ini dengan:
Format konten seperti ‘price drop alert’.
Konsumen sepajang periode 12.12 cenderung mengandalkan konten singkat yang menunjukkan bukti langsung.
Mereka ingin keyakinan yang bernilai sebelum membeli.
Pola perilaku konsumen terkait hal ini yang biasanya muncul:
Brand dapat memanfaatkan peluang ini dengan memperkuat performa melalui:
Setiap high season memiliki sisi emosional, tetapi menjelang 12.12 ada faktor tambahan; ini adalah penutupan periode ‘belanja besar’.
Konsumen cenderung merasa ‘sekalian saja’ untuk membeli barang yang sudah mereka incar sepanjang kuartal terakhir.
Pola yang akan terlihat:
Brand dapat memanfaatkan storytelling yang ringan, heartwarming, atau bersifat aspiratif.
Bukan sekadar jualan, tetapi membantu konsumen mengakhiri tahun dengan sesuatu yang membuat mereka merasa rewarded.
Pola perilaku konsumen menjelang 12.12 memberikan banyak pembelajaran penting.
Konsumen lebih siap membeli, tetapi juga lebih kritis; lebih ingin hemat, tetapi tetap mencari kualitas; lebih impulsif, tetapi tetap rasional terhadap value yang mereka dapatkan.
Brand yang mampu membaca ritme ini tidak harus memberikan diskon besar, cukup menyelaraskan strategi pre-launch, konten real-time, dan penawaran berbasis value.
Dengan memahami pola ini, brand bisa merancang taktik yang lebih tajam, lebih efisien, dan lebih relevan untuk memenangkan perhatian konsumen di salah satu momen belanja terbesar sepanjang tahun.
Untuk memaksimalkan strategi, pahami juga Pola Belanja Konsumen Akhir Tahun: Apa yang Berubah dan Insight untuk Meningkatkan Konversi Brand
DISCOVER MORE OF WHAT MATTERS TO YOU
RELATED TOPIC


