Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, consumer insight menjadi kunci keberhasilan banyak perusahaan dalam memahami kebutuhan, preferensi, dan perilaku pelanggan.
Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, consumer insight menjadi kunci keberhasilan banyak perusahaan dalam memahami kebutuhan, preferensi, dan perilaku pelanggan.
Tidak hanya sebatas data statistik, consumer insight memungkinkan perusahaan memahami “cerita” di balik angka tersebut.
Pada artikel Redcomm Knowledge kali ini, mari bersama memahami langkah-langkah strategis untuk mengoptimalkan consumer insight, contoh implementasi, beserta risiko dan tantangannya.
Proses mengumpulkan data konsumen menjadi fondasi dari consumer insight. Data ini bisa berasal dari berbagai sumber, baik primer, sekunder, atau dari studi kasus.
Untuk mengumpulkan data primer, Anda bisa melakukan survei online atau wawancara. Survei memungkinkan bisnis memperoleh data langsung dari konsumen terkait kebutuhan, ekspektasi, dan pengalaman mereka.
Berdasarkan data dari HubSpot 2024 Consumer Trends Report, 60% konsumen lebih suka memberikan umpan balik melalui survei digital yang mudah diakses.
Selain itu, Anda juga bisa melakukan wawancara terindividu. Contohnya seperti yang rutin Starbucks lakukan, yaitu mewawancarai pelanggan yang datang ke gerai untuk memahami kebiasaan minum kopi, rasa kopi yang disukai dan tidak disukai, atau meminta feedback terkait layanan yang pelanggan dapatkan.
Mendapatkan data sekunder bisa Anda lakukan dengan merujuk pada laporan dan data dari lembaga riset seperti McKinsey atau Nielsen, untuk mendapatkan gambaran tren pasar secara luas.
Misalnya, laporan Nielsen tahun 2024 menunjukkan sekitar 73% konsumen Indonesia cenderung memilih brand yang menawarkan personalisasi dalam pengalaman pelanggan
Data sekunder berikutnya bisa juga dari hasil analisis insight media sosial. Anda bisa menganalisis percakapan konsumen di platform, seperti Instagram atau TikTok, yang secara real time memberikan gambaran tentang preferensi konsumen.
Shopee menggunakan analitik media sosial untuk memahami perilaku konsumen saat belanja online. Dengan data ini, mereka menciptakan kampanye seperti “Shopee 11.11 Big Sale” yang tepat sasaran dan mampu meningkatkan transaksi hingga 3 kali lipat.
Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah menganalisis data tersebut untuk menemukan pola, tren, atau insight penting lainnya.
Dalam melakukan analisis data, Anda bisa menggunakan teknologi AI atau machine learning agar proses pengolahan data konsumen jadi lebih efektif dan efisien. Misalnya untuk mengidentifikasi preferensi belanja konsumen berdasarkan riwayat pembelian.
Hasil analisis yang sudah Anda dapatkan kemudian bisa Anda gunakan untuk mengelompokkan pelanggan ke dalam segmen tertentu. Misalnya berdasarkan demografi, perilaku, atau kebutuhan.
Sebagai contoh, menurut laporan Google Indonesia 2024, segmentasi berbasis perilaku meningkatkan efektivitas kampanye pemasaran hingga 35%.
Sementara hasil penelitian dari PwC Global Consumer Insights Survey 2024 menunjukkan kalau ada kurang lebih 45% konsumen di Asia Tenggara cenderung lebih loyal terhadap brand yang memahami kebutuhan unik mereka melalui analisis data.
Nah, pada tahap ini Anda sudah memiliki pengetahuan dan wawasan yang cukup lengkap mengenai target audiens. Namun semua itu tidak akan ada gunanya kalau Anda tidak menerapkannya pada berbagai aspek bisnis, termasuk produk, layanan, dan pemasaran.
Contohnya bisa Anda lihat pada brand kosmetik Wardah yang berhasil melakukan inovasi produk berdasarkan consumer insight.
Wardah mengembangkan produk halal yang sesuai dengan gaya hidup perempuan Muslim di Indonesia, yang kini menjadi pasar kosmetik terbesar di Asia Tenggara.
Consumer insight juga dapat membantu Anda melakukan perbaikan layanan pelanggan sesuai preferensi konsumen. Misalnya seperti menyediakan kanal Whatsapp untuk customer service, dan sebagainya.
Personalisasi menjadi tren besar dalam pemasaran modern. Fakta ini Anda pasti sudah tahu, kan? Nah, untuk bisa mempersonalisasi konten pemasaran, Anda membutuhkan consumer insight, sehingga bisnis Anda dapat menawarkan pengalaman yang relevan dan personal kepada konsumen.
Cara menerapkan bisa melihat Spotify yang berhasil menggunakan algoritma consumer insight untuk menciptakan playlist personal seperti “Discover Weekly”. Hal ini ternyata mampu meningkatkan jumlah penggunaan aplikasi hingga 50% lho.
Kampanye pemasaran yang didasarkan pada consumer insight cenderung lebih sukses. Anda bisa melihat laporan We Are Social 2024 yang menemukan fakta kalau 78% pengguna internet di Indonesia terpengaruh oleh iklan berbasis lokasi.
Misalnya, Grab memanfaatkan location-based insights untuk menawarkan diskon spesifik wilayah, seperti promosi makanan di Jakarta saat jam makan siang.
Lalu pemahaman yang baik mengenai preferensi konsumen memungkinkan Anda dapat mengalokasikan anggaran pemasaran ke saluran yang paling efektif.
Contohnya, membuat kampanye TikTok karena data menunjukkan Gen Z lebih sering berbelanja melalui platform tersebut. Artinya, Anda perlu membangun komunikasi dengan Gen Z di platform yang sama.
Proses consumer insight tidak berhenti setelah implementasi. Anda sebagai pemilik bisnis perlu terus memantau efektivitas strategi yang diterapkan. Caranya:
Mungkin saat ini Anda beranggapan bisnis masih baru sehingga belum perlu melakukan analisis mendalam mengenai konsumen, apalagi sampai mengeluarkan upaya maupun sumber daya pendukung.
Padahal sejak bisnis baru dimulai itulah waktunya Anda lebih “memperhatikan” apa yang konsumen butuhkan. Karena mengabaikan consumer insight dapat menyebabkan beberapa masalah serius bagi bisnis, antara lain:
Tanpa memahami kebutuhan dan preferensi konsumen, perusahaan berisiko gagal memenuhi ekspektasi mereka, yang dapat menyebabkan pelanggan beralih ke pesaing yang lebih responsif.
Strategi pemasaran yang tidak didasarkan pada insight konsumen cenderung tidak tepat sasaran, mengakibatkan rendahnya tingkat konversi dan pengembalian investasi yang buruk.
Tanpa mendengarkan umpan balik konsumen, perusahaan mungkin melewatkan peluang untuk meningkatkan produk atau layanan, memasuki pasar baru, atau beradaptasi dengan tren yang berkembang.
Selain ada risiko yang perlu diwaspadai kalau tidak memanfaatkan consumer insight, ternyata menerapkan dan menggali consumer insight juga mengharuskan Anda menghadapi berbagai tantangan.
Berikut beberapa tantangan yang perlu Anda perhatikan dan cara mengatasinya.
Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya, dan bahasa, yang mempengaruhi preferensi konsumen, sehingga analisis harus mempertimbangkan perbedaan ini.
Artinya, dalam implementasinya nanti Anda perlu pendekatan penelitian yang disesuaikan untuk setiap kelompok audiens yang menjadi target market.
Dengan perkembangan teknologi dan informasi, tren dan perilaku konsumen dapat berubah dengan cepat, sehingga Anda perlu melakukan analisis dan pemantauan secara kontinu, termasuk memperbaharui secara rutin insight yang Anda dapatkan.
Tidak semua data konsumen mudah diakses atau tersedia, terutama di daerah terpencil atau untuk segmen pasar tertentu.
Jika kesulitan mendapatkan akses ke data yang valid, mungkin akan lebih baik Anda bekerja sama dengan digital marketing agency Jakarta profesional dan berpengalaman dalam mengolah dan memanfaatkan consumer insight.
Mengoptimalkan consumer insight adalah langkah strategis yang harus dilakukan oleh setiap bisnis agar tetap relevan di pasar yang kompetitif.
Dengan mengumpulkan, menganalisis, dan menerapkan consumer insight, Anda tidak hanya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, tetapi juga mengamankan posisi Anda sebagai pemimpin pasar.
DISCOVER MORE OF WHAT MATTERS TO YOU
RELATED TOPIC