knowledge
MENU
SEARCH KNOWLEDGE

Waspadai Myopia Marketing Agar Bisnis Anda Tidak Tersingkir

25 Nov  · 
3 min read
 · 
eye 8.852  
Digital Marketing

Waspadai Myopia Marketing Agar Bisnis Anda Tidak Tersingkir

Anda pasti sudah memahami tentang strategi digital marketing. Namun, bagaimana dengan myopia marketing

Seperti halnya miopi atau rabun jauh pada mata, myopia marketing membuat para pebisnis tidak fokus menjual produk jangka panjang, tetapi malah sibuk mengikuti tren yang terjadi di pasar dan menjual produk yang tidak benar-benar dibutuhkan konsumen.

Padahal dalam menjalankan bisnis, sudah seharusnya perusahaan tidak hanya memikirkan kepentingannya sendiri sebagai produsen. Namun harus bisa berperan dalam memberi solusi untuk masalah yang dialami konsumen.

Dampak myopia marketing sangat fatal, bahkan sudah ada contoh brand yang mengalami myopia marketing dan akhirnya tak mampu mempertahankan bisnisnya.

Cari tahu selengkapnya tentang apa itu myopia marketing, contoh dampaknya, dan cara menghindari myopia marketing di era ketatnya persaingan bisnis saat ini.

Apa Itu Myopia Marketing?

Istilah myopia marketing pertama kali diperkenalkan oleh Theodore Levitt dalam artikelnya yang berjudul Marketing Myopia pada tahun 1960. 

Pengertian myopia marketing adalah kondisi di mana bisnis terlalu fokus pada produk atau layanan bisnis yang sesuai tren, tetapi gagal memahami kebutuhan dan perubahan perilaku pelanggan. 

Akibatnya, bisnis seperti ini rentan kehilangan pasar ketika preferensi konsumen berubah.

Tanda-tanda Bisnis Mengalami Myopia Marketing

Sebelum benar-benar tercebur hingga mengalami myopia marketing, sebenarnya ada banyak tanda-tanda yang muncul dan perlu Anda waspadai.

Berikut beberapa tanda bisnis Anda mengalami myopia marketing dan seharusnya sudah Anda kenali sedini mungkin:

  • Strategi promosi dan pemasaran hanya berfokus pada fitur dan keunggulan produk atau layanan bisnis, tanpa mempertimbangkan manfaatnya bagi pelanggan.
  • Sering mengabaikan feedback dan masukan dari pelanggan terkait kualitas produk, layanan, cara pengiriman, dll, yang berkaitan dengan operasional bisnis.
  • Bisnis berjalan stagnan, tidak ada inovasi, dan tidak beradaptasi dengan perubahan tren, sehingga tertinggal dari kompetitor.

Dengan kata lain, perusahaan hanya mengandalkan produk tertentu yang bisa menghasilkan keuntungan dalam jangka pendek saja, tanpa peduli atau berusaha mengikuti keinginan atau perkembangan market.

Dampak dan Contoh Brand yang Mengalami Myopia Marketing

Kehilangan pelanggan bukan satu-satunya dampak myopia marketing yang akan bisnis Anda alami. Apalagi kebiasaan konsumen saat ini tak hanya berfokus pada pencarian produk semata, melainkan mereka lebih mencari solusi.

Jadi saat bisnis Anda tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumen, tentunya mereka akan mencari alternatif lain, seperti menggunakan produk dari brand lain atau berpindah ke kompetitor.

Di saat yang sama, ketika Anda berfokus secara berlebihan pada satu dua produk tertentu dan merasa produk tersebut yang terbaik di pasaran, Anda akan mengabaikan inovasi.

Padahal melakukan inovasi sangat penting agar bisnis tetap relevan dengan kebutuhan pasar.  Lalu ketika Anda akhirnya sadar, semua sudah terlambat. 

Untuk lebih memahami kondisi di atas, Anda bisa melihat contoh brand yang mengalami myopia marketing dan mengalami dampak yang lumayan merugikan, seperti yang dialami Kodak.

Pada zamannya, brand atau produk Kodak sangat terkenal di dunia fotografi, film, dan kamera. Nah, di tahun 1975, sebenarnya Kodak sudah mampu menciptakan kamera digital melalui seorang karyawannya. 

Sayangnya, Kodak memilih menyembunyikan produk tersebut daripada menjualnya. Brand Kodak mungkin belum menyadari kalau konsumen tidak hanya membutuhkan kamera dan film saja, tetapi juga membutuhkan alat yang bisa menampung gambar di dalamnya. 

Bila pada awalnya Kodak tidak mengalami myopia marketing, mungkin sampai saat ini konsumen akan mengabadikan momen berharga dalam hidup mereka menggunakan semua produk Kodak.

Cara Menghindari Myopia Marketing

Untuk menghindari kondisi “rabun jauh” terhadap kebutuhan pelanggan saat melakukan pemasaran, Anda bisa mempelajari dan menerapkan beberapa poin di bawah ini:

1. Pahami Konsumen dan Buyer’s Journey 

Buyer’s journey adalah proses yang dialami pelanggan potensial untuk membuat keputusan membeli produk. 

Ketika Anda memahami behavior dan customer journey, beserta proses dan pola belanja mereka, Anda bisa langsung menghindari marketing myopia

Tentu saja dengan catatan, riset yang Anda lakukan sudah secara detail dan tidak tergesa-gesa, sehingga Anda tahu mengapa pelanggan memilih dan menyukai produk Anda dibandingkan dengan produk sejenis dari brand kompetitor.

Seperti pada kasus brand Kodak, perusahaan memilih melupakan kebutuhan pelanggan yang ingin sebuah media untuk merekam memori atau kenangan. 

Sementara Kodak memilih untuk tidak menjual penemuan penting berupa kamera digital, bahkan menyembunyikan hal tersebut, hingga akhirnya Kodak kehilangan pelanggan secara bertahap.

2. Terus Berkembang dan Berinovasi 

Myopia marketing membuat perusahaan berhenti berkembang. Jika hal ini Anda biarkan, pihak kompetitor akan dengan mudah mengambil posisi Anda di pasar. 

Tak hanya kehilangan market, namun bisa pula mengakibatkan seluruh pelanggan Anda berpindah ke produk dan brand kompetitor. 

Ingat, satu-satunya hal yang bisa membuat bisnis bertahan adalah adanya permintaan atau terpenuhinya kebutuhan konsumen akan produk maupun jasa dari perusahaan Anda. 

Jadi, ketika produk yang Anda miliki tidak berkembang mengikuti kebutuhan konsumen, bersiaplah untuk tenggelam.

3. Jangan Takut dengan Brand Cannibalism

Brand cannibalism adalah kondisi di mana brand produk lain dengan tipe produk sejenis, saling memangsa pasar karena lini bisnisnya memang sama. 

Kalau ingin berkembang, Anda tidak boleh takut terhadap kejadian ini. Akan ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk melakukan penjualan dengan aman. 

Selain itu, banyak pula kesempatan dalam menjual produk yang sama ketika Anda bekerja sama dengan top digital marketing agency.

Seperti misalnya pada penjualan produk mie instan dalam kemasan cup yang tentunya akan memakan pasar mie instan kemasan plastik. 

Namun, penjualan tersebut ternyata menciptakan pasar baru dalam dunia makanan atau mie instan. Hal ini membuat banyak pelanggan yang tidak mau repot memasak mie menggunakan panci di atas kompor atau microwave, tertarik membeli mie instan versi cup.  

Prinsipnya, brand cannibalism tidak akan menjadi masalah atau gangguan yang berarti ketika Anda tahu pangsa pasar yang dituju, baik dari segi usia, lokasi, dan lainnya. 

Selain ketiga cara di atas, Anda bisa pula meminta bantuan orang atau tim yang ahli di bidangnya, seperti brand consultant, misalnya Redcomm Group. 

Tim Redcomm akan mempermudah kerja Anda untuk terus mengembangkan produk dan terhindar dari myopia marketing sembari tetap bisa terus bersaing dengan brand kompetitor. 

Yuk, diskusikan hal ini langsung dengan menghubungi Kontak Redcomm. Karena meskipun Kodak pernah mengalami myopia marketing, saat ini brand Kodak berhasil Membantu Penderita Demensia dan Menciptakan Peluang Baru lho.

SUBSCRIBE NOW

RELATED TOPICS:

DISCOVER MORE OF WHAT MATTERS TO YOU

SUBSCRIBE NEWSLETTER