RTB Facebook dan Google
Jika Anda menggunakan Facebook atau Google, kedua platform tersebut memiliki kriteria tambahan dalam menetapkan pemenang bidding.
Facebook dan Google mempertimbangkan respons dari audience terhadap iklan yang ditayangkan. Selain faktor respons, mereka juga melihat data historis kinerja pengiklannya.
Iklan dengan kreatif yang relevan dan mendapatkan respons positif dari audience memiliki peluang lebih tinggi untuk menang bidding.
Respons positif ini dilihat dari engagement audience terhadap materi iklan, seperti click through rate (CTR), comment, like, dan share.
Peluang menang semakin besar apabila pengiklan memiliki riwayat engagement yang tinggi pada iklan-iklan sebelumnya. Sebaliknya, pengiklan yang materi iklannya sering dilaporkan pengguna memiliki peluang yang lebih kecil untuk menang proses RTB.
Jadi khusus Facebook dan Google, harga bidding tinggi belum jadi jaminan iklan akan ditayangkan.
Ada banyak kasus di mana pengiklan sudah menyiapkan budget besar dan mengatur harga bidding tinggi, namun iklan berjalan lambat, bahkan tidak bergerak sama sekali.
Perlu Anda tahu juga kalau harga yang dibayar pemenang RTB pada kedua platform tersebut, bukanlah bidding tertinggi. Pemenang RTB bisa saja membayar harga bidding dengan nilai kedua tertinggi.
Misalnya, brand A menawarkan Rp15,000- per CPM, sedangkan brand B mengajukan Rp8,500,- per CPM. Brand A yang memenangkan RTB membayar dengan harga bidding brand B, yakni Rp8,500,-
Strategi Optimalisasi RTB
Berdasarkan karakteristik platform RTB (programmatic vs Facebook / Google), ada tiga strategi Real Time Optimization yang bisa Anda lakukan.
Ketiga strategi tersebut, yaitu buying method, content / creative optimization, dan audience data optimization.
Pada strategi buying method, di sini Anda menetapkan apakah membeli dalam unit jumlah per seribu impressions (CPM) atau aksi, seperti clicks (CPC), video view (CPV), atau yang lain seperti konversi.
1. Cost Per Action
Jika prioritas Anda mau mendapatkan hasil optimal dari setiap aksi yang dilakukan audience, buying method paling tepat adalah CPC, CPV, atau CPA (Cost Per Acquisition).
Di sini Anda menetapkan nilai bidding tertinggi (bid cap) untuk satu aksi yang Anda inginkan. Perlu diketahui bahwa buying method yang tersedia di setiap platform ini berbeda-beda.
Nilai tertinggi ini sebaiknya ditetapkan berdasarkan hitung-hitungan Anda sendiri. Bukan menggunakan benchmark dari brand lain.
Apalagi jika aksi yang Anda inginkan berupa konversi yang bernilai bisnis, seperti sales, leads, dan install (untuk mobile app).
Cara menghitungnya bagaimana? Pelajari dalam artikel berjudul Menetapkan Benchmark Digital Marketing Menggunakan Data Sendiri.
Kelebihan dari strategi Cost Per Action (CPA) marketing adalah Anda mendapatkan hasil yang optimal, berupa action tertentu untuk setiap rupiah yang Anda keluarkan. Kekurangannya, jangkauan iklan akan terbatas.
Ini terjadi karena bid cap akan membuat platform bermain “aman” dan ekstra hati-hati. Artinya, platform hanya menyajikan iklan kepada audience yang diyakini betul akan melakukan aksi sesuai tujuan Anda.
2. Cost Per Impression (CPM)
Pada buying method CPM, Anda membayar untuk setiap seribu impressions iklan yang ditayangkan, terlepas apakah penayangan tersebut menghasilkan aksi atau tidak.
Melalui cara ini, jangkauan iklan Anda akan semakin luas. Ini penting untuk aktivitas marketing dengan tujuan awareness.
Cara terbaik, Anda bisa memulai iklan dengan CPM terlebih dahulu. Ibarat menebar jaring di kolam yang penuh iklan.
Setelah mendapatkan sejumlah aksi dan konversi, barulah Anda mengubah buying method ke CPC atau Cost Per Action.
Bagaimana jika Anda belum mendapatkan aksi atau konversi, padahal jangkauan (reach) iklan Anda sudah cukup luas? Inilah saatnya Anda menjalankan strategi Real Time Optimization selanjutnya, yakni konten dan kreatif.
3. Content/Creative Optimisation
Dalam strategi ini, Anda perlu mengoptimalkan konten dan kreatif sehingga menghasilkan aksi atau konversi yang diinginkan.
Caranya bisa dengan menyesuaikan elemen-elemen dalam konten dan kreatif. Metode A/B testing dan multivariate testing banyak juga digunakan dalam mengoptimalisasikan konten dan kreatif.
Mau lebih mudah proses optimalisasi konten dan kreatif? Anda bisa menggunakan teknologi Dynamic Creative Optimisation (DCO).
Cara kerjanya, DCO membuat materi iklan yang sesuai dengan profil audience data, tepat pada saat iklan ditampilkan.
Sistem DCO menggunakan data untuk memperkirakan kombinasi kreatif dan segmen audience yang paling efektif.