knowledge
MENU
SEARCH KNOWLEDGE

Stop Ulangi 5 Kesalahan Fatal Ini dalam Penerapan Strategi Digital Marketing!

01 Nov  · 
2 min read
 · 
eye 6  
Digital Marketing

Jangan Lakukan Kesalahan Fatal Brand

Setiap brand berlomba menjadi relevan di ranah digital, tapi hanya sebagian yang benar-benar berhasil memaksimalkan potensi digital marketing. 

Bukan karena kurangnya usaha, melainkan karena strategi yang dieksekusi tanpa arah yang jelas.

Padahal, di tengah derasnya arus informasi dan perubahan perilaku konsumen, satu langkah keliru bisa membuat seluruh strategi marketing kehilangan efektivitasnya.

Bagi banyak bisnis, kegagalan digital marketing bukanlah karena ide yang buruk tetapi karena kesalahan mendasar yang terus diulang tanpa disadari. 

Mari kita bahas satu per satu kesalahan paling krusial yang sebaiknya Anda hindari agar strategi digital marketing yang Anda terapkan tetap efektif, relevan, dan meningkatkan pertumbuhan brand.

1. Tidak Ada Strategi Jelas (Hanya Ikut-Ikutan Tren)

Banyak bisnis masuk ke dunia digital bukan karena kebutuhan strategis, melainkan karena dorongan tren.

‘Semua brand ada di TikTok’ atau ‘kompetitor jalan di Instagram Ads’, menjadi contoh alasan utama, padahal strategi digital marketing bukan hanya soal memilih platform.

Strategi digital marketing ideal menjadi acuan perjalanan bisnis yang mencakup tujuan, analisis kompetitor, segmentasi audiens, hingga rencana konten jangka panjang.

Sebelum membuat campaign, tentukan dahulu:

  • Mengapa Anda ada di platform tersebut?
  • Apa tujuan utama: brand awareness, leads, atau sales?
  • Ke mana arah campaign akan dibawa?

Tanpa arah yang jelas, digital campaign Anda berpeluang stuck dan hasilnya stagnan.

2. Salah Kaprah Menentukan Target Audiens

Salah satu kesalahan paling sering terjadi adalah menganggap produk Anda ‘untuk semua orang.’

Padahal, tanpa memahami siapa yang benar-benar Anda layani, setiap pesan akan kehilangan posisinya.

Pahami audiens lewat buyer persona yang detail, bukan sekadar usia dan lokasi melainkan:

  • Pain points: masalah yang mereka hadapi
  • Aspirasi: tujuan atau impian yang ingin dicapai
  • Perilaku digital: platform yang paling sering mereka gunakan

Dengan insight yang tepat, Anda bisa menempatkan pesan yang relevan di tempat yang tepat.

Sebagus apapun konten atau iklan Anda, jika tidak menyentuh audiens yang benar, hasilnya hanya akan jadi angka yang tidak berarti.

3. Konten yang Dominan Jualan

Di era digital, audiens semakin cerdas. 

Mereka tahu kapan brand sedang berjualan dan kapan sebuah brand benar-benar ingin memberi nilai.

Kalimat seperti “beli sekarang”, “diskon besar”, atau “jangan sampai kehabisan” mungkin efektif sesekali, tapi jika digunakan terus-menerus, audiens akan kehilangan ketertarikan.

Gunakan prinsip 80/20 content ratio; 80% konten bernilai: edukatif, inspiratif, atau storytelling dan 20% konten promosi langsung.

Semakin sering Anda memberi value, semakin kuat pula posisi brand Anda sebagai sumber solusi, bukan sekadar penjual produk. 

Dan ketika tiba saatnya menjual, kepercayaan audiens sudah lebih dulu terbentuk.

4. Tidak Menganalisis Data dengan Benar

Peningkatan jumlah follower atau like mungkin terlihat menjanjikan tapi itu hanyalah vanity metrics; indikator popularitas bukan profitabilitas.

Yang lebih penting adalah data yang dapat dianalisis seperti:

  • Conversion Rate: Berapa banyak pengunjung yang berubah menjadi pelanggan
  • CPA (Cost per Acquisition): Berapa biaya untuk mendapatkan satu pelanggan baru
  • ROAS (Return on Ad Spend): Seberapa besar keuntungan dari setiap rupiah iklan

Analisis mendalam terhadap metrik ini membantu Anda memahami apa yang benar-benar bekerja, sekaligus mengalokasikan anggaran secara lebih efisien. 

Manfaatkan dan optimalkan analisis data agar arah pertumbuhan bisnis lebih jelas.

5. Strategi yang Tidak Selaras

Banyak brand masih mengelola channel digital secara terpisah seperti Instagram, Google Ads, Email Marketing, tanpa integrasi yang jelas. 

Akibatnya, pesan yang diterima audiens menjadi tidak konsisten.

Padahal, di mata konsumen, brand adalah satu kesatuan yang utuh. 

Mereka mungkin melihat iklan di Instagram, lalu mencari di Google, dan akhirnya mendaftar lewat email. 

Inilah pentingnya strategi omnichannel di mana memungkinkan setiap kanal saling terhubung, dengan pesan, tone, dan visual yang selaras.

Konsistensi ini menciptakan brand recall yang kuat dan membangun kepercayaan jangka panjang. 

Tanpa itu, setiap channel atau platform hanya akan bekerja sendiri-sendiri dan boros anggaran.

Menerapkan digital marketing yang efektif bukan tentang seberapa sering Anda posting atau beriklan, tapi seberapa cermat Anda memahami audiens dan mengeksekusi strategi yang terarah.

Dengan menghindari lima kesalahan di atas, Anda sudah selangkah lebih maju dalam membangun kehadiran digital yang kuat, relevan, dan berkelanjutan.

Sudah saatnya brand Anda menerapkan strategi yang terukur, terintegrasi, dan berorientasi pada hasil nyata.

Wujudkan hal tersebut bersama Redcomm, digital marketing agency berpengalaman sebagai partner yang memahami data dan perilaku audiens Anda.

Redcomm hadir membantu brand tumbuh lewat strategi digital yang tepat sasaran, kontak kami di sini!

SUBSCRIBE NOW

RELATED TOPICS:

DISCOVER MORE OF WHAT MATTERS TO YOU

SUBSCRIBE NEWSLETTER