Identitas brand yang ideal dapat dilihat dari berbagai hal seperti logo menarik, tone komunikasi konsisten, tagline yang kuat.

Identitas brand yang ideal dapat dilihat dari berbagai hal seperti logo menarik, tone komunikasi konsisten, tagline yang kuat.
Ada beberapa brand yang telah mengeksekusi hal tersebut dengan matang namun audiens tetap tidak menangkap pesan yang sama seperti brand maksudkan.
Atau sebaliknya, publik mengenal brand dengan citra tertentu yang tidak sepenuhnya sesuai dengan visi yang ingin ditonjolkan.
Situasi ini sering terjadi karena banyak brand hanya fokus pada satu sisi antara brand identity atau brand image.
Padahal keduanya adalah dua elemen yang tidak bisa dipisahkan, yang membentuk identitas brand dan refleksi dari audiens yang membentuk citra brand.
Untuk bisa memenangkan kepercayaan audiens di ranah digital, memahami dan mengoptimalkan keduanya menjadi kunci.
Brand identity adalah segala hal yang Anda rancang untuk menunjukkan siapa diri brand Anda dan nilai apa yang Anda angkat.
Mulai dari logo, warna, gaya visual, nada bicara, hingga nilai yang dikomunikasikan, semuanya membentuk personality yang ingin Anda tampilkan kepada audiens.
Namun, brand identity bukan hanya soal tampilan estetika melainkan strategi komunikasi yang membentuk persepsi pertama publik terhadap brand Anda.
Misalnya, Kopi Kenangan membangun identitasnya sebagai brand kopi modern yang dekat dengan anak muda era modern.
Desain tokonya minimalis, gaya komunikasinya santai dan jenaka tapi tetap profesional; semua selaras dengan positioning yang mereka ingin capai.
Ketika brand identity dikelola dengan baik, brand menjadi mudah dikenali dan memiliki arah komunikasi yang konsisten di berbagai platform digital.
Dengan catatan penting memahami secara mendalam tentang audiens sehingga brand identity benar-benar menjadi nilai dan identitas dari brand.
Jika brand identity adalah apa yang Anda katakan tentang jati diri brand sendiri, maka brand image adalah apa yang orang lain pikirkan tentang brand Anda.
Brand image terbentuk dari pengalaman, interaksi, dan kesan yang diterima audiens setiap kali berinteraksi dengan brand Anda.
Hal ini bisa melalui konten media sosial, pelayanan pelanggan, maupun pengalaman menggunakan produk.
Misalnya sebuah brand bisa memiliki identity yang mewah dan elegan di iklan digitalnya, tapi jika respons di media sosial lambat atau kualitas produknya tidak konsisten, citra yang terbentuk justru negatif.
Brand image tidak bisa dikendalikan sepenuhnya, tapi bisa diarahkan melalui pengalaman dan pelayanan yang brand Anda berikan.
Brand seperti Scarlett Whitening sukses karena mampu menjaga keseimbangan antara identity dan image.
Mereka menampilkan diri sebagai brand yang relatable dan aspiratif, serta publik pun melihatnya demikian berkat pengalaman positif dan testimoni nyata dari pengguna.
Secara sederhana, brand identity adalah konsep, sementara brand image adalah hasil.
Brand identity tentang bagaimana brand ingin dilihat, sedangkan brand image tentang bagaimana publik benar-benar melihatnya.
Ketika keduanya tidak selaras, gap ini bisa membuat strategi digital marketing dari suatu brand kehilangan arah.
Misalkan Anda ingin dikenal sebagai brand yang inovatif, tapi konten digital malah monoton dan pelayanan tidak responsif, maka brand image yang terbentuk tidak akan sesuai dengan brand identity.
Sebaliknya, jika brand identity sudah kuat dan brand image terbentuk konsisten dari pengalaman nyata, audiens akan lebih percaya dan mudah terhubung dengan pesan yang Anda sampaikan.
Untuk memperkuat brand identity, fokuslah pada kejelasan pesan dan konsistensi.
Anda juga dapat mencoba beberapa tips berikut untuk mengoptimalkan brand identity dalam strategi digital marketing.
Bangun konsep nilai dan persona yang jelas.
Sebelum membuat logo atau tagline, pastikan dulu tahu siapa audiens Anda, nilai apa yang Anda bawa, dan bagaimana Anda ingin dikenali.
Brand seperti Ruang Guru berhasil membangun brand identity karena memiliki pendekatan yang jelas sebagai ‘pendamping belajar yang cerdas dan dekat dengan pelajar modern’.
Pastikan konsistensi di setiap kanal digital.
Tone of voice, desain visual, dan storytelling harus saling mendukung baik di media sosial, website, hingga kampanye iklan digital.
Gunakan storytelling untuk memperkuat narasi brand.
Ceritakan perjalanan, tujuan, dan dampak nyata brand Anda dengan cara yang orisinil..
Storytelling bukan hanya mempertegas dan menyempurnakan komunikasi, tapi juga membangun kedekatan emosional.
Sementara brand identity bisa Anda bentuk dari dalam, brand image perlu dibangun bersama audiens.
Coba terapkan beberapa tips berikut agar bisa mengoptimalkan brand image yang sejalan dengan brand identity.
Pantau dan dengarkan feedback konsumen.
Gunakan social listening tools atau pantau review online untuk memahami bagaimana audiens melihat brand Anda.
Gunakan masukan tersebut untuk evaluasi dan memperbaiki pengalaman pelanggan.
Ciptakan pengalaman digital yang positif.
Respons cepat di media sosial, navigasi website yang mudah, dan layanan pelanggan yang solutif akan memperkuat citra positif di benak pengguna.
Jaga konsistensi, transparansi, dan keaslian.
Di era digital, audiens semakin kritis terhadap brand yang tidak otentik.
Berani mengakui kekurangan dan terbuka terhadap feedback audiens justru akan meningkatkan kepercayaan dan membangun loyalitas konsumen.
Fokuslah ke strategi digital marketing brand yang konsisten dan terus upgrade berkala di sepanjang perjalanan brand bertumbuh.
Brand identity adalah bagaimana Anda ingin dikenal, sementara brand image adalah bagaimana publik benar-benar melihat Anda.
Keduanya harus berjalan seimbang agar strategi digital marketing tetap relevan dan dipercaya audiens.
Ketika keduanya selaras, brand tak hanya dikenal tetapi juga diingat dan dipercaya.
Untuk menambah wawasan Anda, pelajari juga Tips Membangun Konsistensi Brand dan Manfaatnya
DISCOVER MORE OF WHAT MATTERS TO YOU
RELATED TOPIC


