knowledge
MENU
SEARCH KNOWLEDGE
Era Spam Hashtag ...

Era Spam Hashtag Mulai Berakhir: Ini Cara Baru Agar Konten Tetap Ditemukan

19 Dec  · 
3 min read
 · 
eye 10  
Social Media

Era Spam Hashtag Instagram Berakhir

Instagram saat ini tengah menguji batasan baru: sebagian akun hanya diperbolehkan menggunakan maksimal 3 hashtag per post.  Bagi kreator kecil dan pelaku usaha yang selama ini mengandalkan deretan hashtag panjang, perubahan ini bisa terasa cukup mengganggu jika tidak segera menyesuaikan strategi konten.

Apa yang Sebenarnya Diubah Instagram?

Instagram saat ini menguji fitur yang membatasi jumlah hashtag menjadi maksimal tiga per post pada sebagian akun tertentu, sementara akun lain masih dapat menggunakan jumlah hashtag yang lebih banyak seperti biasa.  Beberapa pengguna melaporkan munculnya pesan error ketika mencoba menambahkan lebih dari tiga hashtag pada unggahan baru mereka.

Uji coba ini belum diterapkan ke seluruh pengguna, sehingga mungkin ada akun yang belum merasakan perubahan apa pun, sementara akun lain sudah terkena batasan baru.  Pola peluncuran bertahap seperti ini konsisten dengan cara Meta menguji fitur, sebelum memutuskan apakah akan diluncurkan secara global atau justru dibatalkan.

Sejak Kapan Hashtag Begitu Penting?

Sejak diperkenalkan pada 2011, hashtag di Instagram berfungsi sebagai pintu untuk menjangkau audiens di luar followers melalui topik-topik tertentu.  Selama bertahun-tahun, platform ini mengizinkan hingga 30 hashtag per post, dan banyak kreator maupun pemilik bisnis yang membangun strategi jangkauan mereka dengan mengkombinasikan hashtag populer dan niche.

Bagi pengguna lama, terutama yang aktif di pertengahan 2010-an, menambahkan 20–30 hashtag di caption merupakan praktik yang sangat umum.  Sampai sekarang pun, gaya penggunaan hashtag dalam jumlah besar masih sering dijumpai pada akun-akun yang belum menyesuaikan diri dengan perubahan cara kerja algoritma.

Algoritma Instagram Kini: Hashtag Bukan Pemeran Utama

Sistem rekomendasi Instagram telah berkembang cukup jauh dan kini mengandalkan kombinasi isi konten, teks di caption, serta berbagai sinyal perilaku pengguna seperti like, save, comment, dan durasi tontonan.  Kepala Instagram, Adam Mosseri, telah berulang kali menyampaikan bahwa hashtag bukan lagi faktor utama dalam memperluas jangkauan konten.

Menurut Mosseri, hashtag lebih berperan sebagai label pengelompokan konten dan membantu proses pencarian, bukan alat utama untuk “mendorong” reach.  Dengan kata lain, platform semakin menekankan relevansi dan kualitas konten, bukan sekadar banyaknya hashtag yang disematkan di akhir caption.

Mengapa Instagram Mulai Membatasi Hashtag?

Ada beberapa alasan kuat yang mengarah pada keputusan untuk membatasi penggunaan hashtag secara lebih ketat.  Pertama, Instagram dan platform sejenis semakin mengandalkan sistem penemuan konten otomatis berbasis minat dan perilaku pengguna, sehingga penggunaan hashtag secara berlebihan justru dapat mengurangi akurasi rekomendasi.

Kedua, pengurangan jumlah hashtag membantu merapikan tampilan feed dan mengurangi praktik “hashtag stuffing” yang sering dianggap kurang nyaman bagi audiens.  Ketiga, langkah ini membuka jalan bagi sistem pencarian dan rekomendasi yang lebih menekankan konteks isi dan caption, bukan semata-mata deretan kata kunci.

Dampak untuk Kreator Kecil dan Pelaku UMKM

Bagi kreator kecil dan pelaku UMKM yang belum memiliki basis followers besar, perubahan ini dapat terasa cukup menantang.  Selama ini, banyak akun kecil yang mengandalkan kombinasi hashtag niche untuk muncul di Explore atau halaman hashtag tertentu, sehingga dapat mengimbangi keterbatasan jangkauan organik.

Jika batas tiga hashtag ini nantinya diterapkan secara luas, kreator dan brand kecil perlu menggeser fokus dari “merangkai banyak hashtag” menuju penguatan nilai konten serta kualitas interaksi.  Kabar baiknya, arah perkembangan platform memang mendorong kompetisi berbasis relevansi dan kualitas, bukan sekadar teknis pemakaian hashtag.

Apakah Strategi Hashtag Masih Relevan?

Strategi hashtag tidak sepenuhnya ditinggalkan, tetapi perannya berubah dari elemen utama menjadi pendukung yang harus digunakan dengan lebih cermat.  Hashtag tetap berguna untuk membantu Instagram dan pengguna memahami topik konten, terutama untuk pencarian manual dan pengelompokan minat tertentu.

Namun, waktu dan energi yang dihabiskan untuk meriset hingga 30 hashtag per post kini mungkin tidak sebanding jika dibandingkan dengan upaya memperkuat kualitas visual, alur cerita, dan struktur caption.  Fokus utama sebaiknya dialihkan ke sinyal-sinyal yang lebih dihargai algoritma, seperti retensi tontonan dan interaksi (comment, share, save).

Jika Hanya 3 Hashtag, Bagaimana Menyusun Strategi?

Jika batas tiga hashtag benar-benar diberlakukan, pendekatan yang digunakan perlu lebih strategis dan selektif.  Alih-alih mencampur puluhan hashtag populer dan niche, Anda dapat mempertimbangkan pola sederhana seperti:

  1. 1 hashtag untuk topik utama konten (misalnya: #digitalmarketing, #bisnislaundry)
  2. 1 hashtag untuk kategori industri atau segmen (misalnya: #UMKMIndonesia, #FNBmarketing)
  3. 1 hashtag untuk brand atau kampanye khusus (misalnya: #NamaBrandAnda, #NamaKampanye)

Dengan pendekatan ini, hashtag berfungsi sebagai penanda konteks yang jelas, bukan daftar kata kunci yang berlebihan.  Kuncinya adalah memilih hashtag yang benar-benar relevan dengan isi konten dan audiens sasaran, bukan sekadar yang paling ramai digunakan.

Peran Caption dan Visual Semakin Penting

Karena porsi hashtag berkurang, caption berpotensi memegang peran lebih besar dalam memberikan konteks sekaligus menyisipkan kata kunci secara natural.  Caption yang tersusun rapi, informatif, dan mudah dibaca membantu mendorong pengguna untuk bertahan lebih lama, yang kemudian menjadi sinyal positif bagi algoritma.

Di saat yang sama, kualitas visual, baik foto maupun video, akan menjadi pembeda utama di tengah persaingan konten yang semakin padat.  Elemen seperti hook beberapa detik pertama pada Reels, tampilan thumbnail, dan alur cerita visual akan memberi dampak lebih besar dibanding sekadar menambah banyak hashtag di akhir caption.

Penyesuaian Strategi Digital Marketing

Bagi praktisi digital marketing dan pemilik bisnis, perubahan ini menandakan perlunya penyesuaian kembali porsi strategi di Instagram.  Beberapa langkah yang dapat dipertimbangkan antara lain:

  1. Mengalihkan fokus dari “riset puluhan hashtag” menjadi riset tema dan sudut pandang konten yang benar-benar relevan dengan audiens.
  2. Mengoptimalkan format yang saat ini didorong Instagram, seperti Reels dan carousel edukatif.
  3. Membangun interaksi yang bermakna (pertanyaan di caption, polling di Stories, ajakan berdiskusi di DM) alih-alih hanya mengandalkan jangkauan pasif dari hashtag.


Strategi iklan berbayar juga dapat dimanfaatkan sebagai pendukung untuk menutup celah jangkauan organik yang sebelumnya terbantu oleh penggunaan hashtag dalam jumlah besar.  Dengan demikian, brand tidak terlalu bergantung pada satu taktik yang mudah berubah aturannya.

Apakah Uji Coba Ini Pasti Jadi Kebijakan Permanen?

Belum tentu. Uji coba seperti ini sering dilakukan untuk mengamati perilaku pengguna dan dampaknya terhadap pengalaman di platform secara keseluruhan.  Meta dapat kapan saja menghentikan, menyesuaikan angka batas, atau menerapkan variasi limit yang berbeda, misalnya berdasarkan jenis akun atau format konten.

Namun, sekalipun angka pastinya nanti berubah (misalnya dari 3 menjadi 5 hashtag), arah pergeseran strateginya sudah cukup jelas: Instagram berupaya mengurangi ketergantungan pada hashtag dan menguatkan discovery berbasis konten.  Menunggu pengumuman final tanpa mulai beradaptasi justru berpotensi membuat brand dan kreator tertinggal dari mereka yang lebih cepat menyesuaikan diri.

Poin Penting bagi Praktisi Digital Marketing

Dalam konteks strategi digital marketing, perubahan ini menegaskan bahwa fondasi utama tetap pada konten yang relevan, menarik, dan konsisten, bukan trik teknis semata.  Hashtag kini lebih tepat dipandang sebagai salah satu alat bantu kecil dalam keseluruhan ekosistem strategi konten.


Bagi kreator kecil dan pelaku UMKM, peluang tetap terbuka selama mampu membangun hubungan yang kuat dengan audiens melalui nilai yang diberikan, kisah yang disampaikan, dan pengalaman yang autentik.  Pihak yang paling cepat beradaptasi terhadap perubahan aturan platform biasanya justru yang mendapat keuntungan lebih besar dalam jangka panjang.

SUBSCRIBE NOW

RELATED TOPICS:

DISCOVER MORE OF WHAT MATTERS TO YOU

SUBSCRIBE NEWSLETTER