Algoritma Instagram Kini: Hashtag Bukan Pemeran Utama
Sistem rekomendasi Instagram telah berkembang cukup jauh dan kini mengandalkan kombinasi isi konten, teks di caption, serta berbagai sinyal perilaku pengguna seperti like, save, comment, dan durasi tontonan. Kepala Instagram, Adam Mosseri, telah berulang kali menyampaikan bahwa hashtag bukan lagi faktor utama dalam memperluas jangkauan konten.
Menurut Mosseri, hashtag lebih berperan sebagai label pengelompokan konten dan membantu proses pencarian, bukan alat utama untuk “mendorong” reach. Dengan kata lain, platform semakin menekankan relevansi dan kualitas konten, bukan sekadar banyaknya hashtag yang disematkan di akhir caption.
Mengapa Instagram Mulai Membatasi Hashtag?
Ada beberapa alasan kuat yang mengarah pada keputusan untuk membatasi penggunaan hashtag secara lebih ketat. Pertama, Instagram dan platform sejenis semakin mengandalkan sistem penemuan konten otomatis berbasis minat dan perilaku pengguna, sehingga penggunaan hashtag secara berlebihan justru dapat mengurangi akurasi rekomendasi.
Kedua, pengurangan jumlah hashtag membantu merapikan tampilan feed dan mengurangi praktik “hashtag stuffing” yang sering dianggap kurang nyaman bagi audiens. Ketiga, langkah ini membuka jalan bagi sistem pencarian dan rekomendasi yang lebih menekankan konteks isi dan caption, bukan semata-mata deretan kata kunci.
Dampak untuk Kreator Kecil dan Pelaku UMKM
Bagi kreator kecil dan pelaku UMKM yang belum memiliki basis followers besar, perubahan ini dapat terasa cukup menantang. Selama ini, banyak akun kecil yang mengandalkan kombinasi hashtag niche untuk muncul di Explore atau halaman hashtag tertentu, sehingga dapat mengimbangi keterbatasan jangkauan organik.
Jika batas tiga hashtag ini nantinya diterapkan secara luas, kreator dan brand kecil perlu menggeser fokus dari “merangkai banyak hashtag” menuju penguatan nilai konten serta kualitas interaksi. Kabar baiknya, arah perkembangan platform memang mendorong kompetisi berbasis relevansi dan kualitas, bukan sekadar teknis pemakaian hashtag.
Apakah Strategi Hashtag Masih Relevan?
Strategi hashtag tidak sepenuhnya ditinggalkan, tetapi perannya berubah dari elemen utama menjadi pendukung yang harus digunakan dengan lebih cermat. Hashtag tetap berguna untuk membantu Instagram dan pengguna memahami topik konten, terutama untuk pencarian manual dan pengelompokan minat tertentu.
Namun, waktu dan energi yang dihabiskan untuk meriset hingga 30 hashtag per post kini mungkin tidak sebanding jika dibandingkan dengan upaya memperkuat kualitas visual, alur cerita, dan struktur caption. Fokus utama sebaiknya dialihkan ke sinyal-sinyal yang lebih dihargai algoritma, seperti retensi tontonan dan interaksi (comment, share, save).
Jika Hanya 3 Hashtag, Bagaimana Menyusun Strategi?
Jika batas tiga hashtag benar-benar diberlakukan, pendekatan yang digunakan perlu lebih strategis dan selektif. Alih-alih mencampur puluhan hashtag populer dan niche, Anda dapat mempertimbangkan pola sederhana seperti:
- 1 hashtag untuk topik utama konten (misalnya: #digitalmarketing, #bisnislaundry)
- 1 hashtag untuk kategori industri atau segmen (misalnya: #UMKMIndonesia, #FNBmarketing)
- 1 hashtag untuk brand atau kampanye khusus (misalnya: #NamaBrandAnda, #NamaKampanye)
Dengan pendekatan ini, hashtag berfungsi sebagai penanda konteks yang jelas, bukan daftar kata kunci yang berlebihan. Kuncinya adalah memilih hashtag yang benar-benar relevan dengan isi konten dan audiens sasaran, bukan sekadar yang paling ramai digunakan.
Peran Caption dan Visual Semakin Penting
Karena porsi hashtag berkurang, caption berpotensi memegang peran lebih besar dalam memberikan konteks sekaligus menyisipkan kata kunci secara natural. Caption yang tersusun rapi, informatif, dan mudah dibaca membantu mendorong pengguna untuk bertahan lebih lama, yang kemudian menjadi sinyal positif bagi algoritma.
Di saat yang sama, kualitas visual, baik foto maupun video, akan menjadi pembeda utama di tengah persaingan konten yang semakin padat. Elemen seperti hook beberapa detik pertama pada Reels, tampilan thumbnail, dan alur cerita visual akan memberi dampak lebih besar dibanding sekadar menambah banyak hashtag di akhir caption.