Belakangan ini, live streaming dinilai sebagai ‘panggung’ bagi brand untuk membangun interaksi real-time dengan konsumen dalam memasarkan produk.

Belakangan ini, live streaming dinilai sebagai ‘panggung’ bagi brand untuk membangun interaksi real-time dengan konsumen dalam memasarkan produk.
Hanya saja, tidak semudah yang dibayangkan, live streaming memiliki tantangan tersendiri.
Selain menarik penonton di awal, brand juga harus memiliki strategi agar penonton aktif, bertahan lama, bahkan melakukan checkout.
Banyak brand yang sudah berhasil membawa traffic ke live, namun kehilangan penonton dalam beberapa menit pertama.
Biasanya hal tersebut dikarenakan alur yang tidak jelas, ritme monoton, atau value yang tidak langsung cepat memberikan kesan.
Padahal, mempertahankan penonton jauh lebih penting daripada sekadar mendapatkan banyak viewer di awal live streaming.
Semakin lama penonton bertahan, semakin besar peluang mereka untuk memahami pesan brand, merespons call-to-action, atau bahkan melakukan pembelian.
Agar strategi live streaming berjalan optimal, berikut 5 cara menjaga penonton tetap aktif dan engaged selama live streaming berlangsung.
Detik pertama live streaming sangat menentukan apakah penonton memutuskan untuk tetap tinggal atau beranjak.
Karena itu, live streaming harus dibuka dengan hook yang terasa langsung relevan, bukan narasi pembuka yang panjang yang cenderung tidak akan disimak.
Beberapa contoh hook efektif:
Hook berfungsi sebagai dasar yang membuat penonton merasa ada alasan jelas untuk tetap menonton live streaming.
Semakin cepat value-nya terlihat, semakin tinggi retention rate Anda.
Penonton live streaming tidak suka jeda panjang atau flow yang terlalu monotor.
Ritme harus bergerak dinamis, dengan transisi yang rapi antar segmen.
Misalnya dari unboxing, ke demo produk, ke Q&A cepat, lalu flash sale.
Tips menjaga ritme live streaming tetap hidup:
Ritme yang dinamis membuat penonton merasa selalu ada hal baru yang ditunggu, sehingga mereka tidak cepat beralih ke konten lain.
Interaksi adalah kekuatan terbesar live streaming.
Ketika penonton merasa dilibatkan, mereka cenderung bertahan lebih lama karena merasakan pengalaman dua arah yang tidak didapat di konten video biasa.
Beberapa teknik interaksi yang selalu efektif:
Interaksi seperti ini memberikan efek reward secara emosional, artinya penonton merasa dilihat dan dihargai.
Brand sering menaruh seluruh value di awal atau akhir, padahal penonton bertahan ketika mereka merasa value muncul secara berkala.
Penonton cenderung stay ketika selalu ada sesuatu yang layak ditunggu di setiap segmen yang membuat mereka punya alasan untuk terus bertahan.
Contoh value yang disisipkan bertahap:
Value berkala membangun ekspektasi dan menjaga rasa penasaran penonton tetap tinggi.
Akhir live streaming harus terasa sebagai grand moment, bukan penutup biasa.
Penonton yang bertahan sampai akhir harus merasa mendapatkan reward atas waktu mereka.
Entah itu informasi penting, promo terbaik, atau pengumuman eksklusif.
Gimmick menarik yang dapat ditempatkan di akhir live streaming berupa:
Ketika bagian penutup live streaming terasa memuaskan, penonton akan cenderung kembali di live berikutnya karena pengalaman retention yang positif.
Menjaga penonton tetap bertahan sepanjang live streaming bukan soal gimmick saja, tetapi tentang mengelola pengalaman dari detik pertama hingga menit terakhir.
Dengan cara yang tepat, brand dapat menciptakan live streaming yang bukan hanya ditonton, tetapi dirasakan, diingat, dan direspon.
Live streaming bukan sekadar tontonan, tapi ruang interaksi real-time sehingga brand harus memaksimalkan agar memenangkan atensi audiens.
Selain cara menjaga penonton, Anda juga harus tahu Kesalahan Live Streaming yang Menurunkan Trust Pembeli dan Cara Menghindarinya.
DISCOVER MORE OF WHAT MATTERS TO YOU
RELATED TOPIC

