knowledge
MENU
SEARCH KNOWLEDGE

Transformasi Agentic Commerce terhadap Dominasi Google, Meta, dan Raksasa Ritel

16 Oct  · 
3 min read
 · 
eye 125  
Digital Marketing

Transformasi Agentic Commerce Dominasi Google Meta

Fenomena Agentic Commerce kini telah bertransformasi dari sekadar konsep futuristik menjadi realitas operasional yang mendesak bagi perusahaan teknologi dan ritel global. Istilah ini merujuk pada sistem belanja yang sepenuhnya dioperasikan oleh agen Kecerdasan Buatan (AI), yang mampu melakukan proses pencarian, perbandingan, hingga eksekusi pembelian berdasarkan pemahaman mendalam atas profil, preferensi, dan kapabilitas finansial pengguna.

Perkembangan ini menandai babak baru disrupsi dalam dunia e-commerce, sebagaimana dibuktikan oleh inisiatif terbaru OpenAI melalui ChatGPT, yang mengintegrasikan kapabilitas transaksi langsung. Pergerakan ini tidak hanya menciptakan potensi pendapatan baru bagi platform AI, tetapi juga menempatkan tekanan signifikan pada model bisnis yang selama ini didominasi oleh perusahaan e-commerce dan periklanan seperti Amazon, Walmart, Google (Alphabet), dan Meta Platforms.

Akselerasi Adopsi AI dalam Proses Belanja Konsumen

Adopsi Agentic Commerce didorong oleh beberapa faktor fundamental yang menunjukkan pergeseran perilaku konsumen dan efisiensi operasional:

Peningkatan Kepercayaan terhadap Model Bahasa Besar (LLM): Data menunjukkan bahwa rujukan (referral) ke halaman produk e-commerce yang berasal dari bot AI telah mengalami lonjakan signifikan. Analisis dari Adobe mencatat peningkatan hingga 4.700% secara tahunan, mengindikasikan tingkat kepercayaan konsumen yang semakin tinggi terhadap rekomendasi yang dihasilkan oleh LLM.

Potensi Volume Transaksi: Estimasi menunjukkan bahwa interaksi belanja melalui AI, seperti Chat GPT, diperkirakan mencapai 20 miliar pesan per tahun. Meskipun saat ini hanya sebagian kecil konsumen yang memulai pencarian produk dari chatbot ( dibandingkan yang langsung ke marketplace), potensi pertumbuhan segmen ini sangat substansial.

Komitmen Investasi Infrastruktur: Raksasa teknologi dan ritel secara masif mengintegrasikan AI ke dalam operasional inti mereka. Menurut analisa CFRA, investasi ini mencerminkan pengakuan bahwa AI akan menjadi fundamental dalam berbagai aspek bisnis, melampaui ekspektasi awal.

Tantangan terhadap Paradigma Periklanan Digital Konvensional

Integrasi transaksi langsung melalui platform AI, yang dipelopori oleh OpenAI melalui kemitraan dengan Etsy dan Shopify, memunculkan pertanyaan krusial mengenai keberlanjutan model periklanan berbasis pencarian dan media sosial.

Ancaman Disintermediasi bagi Google dan Meta

Selama ini, e-commerce merupakan salah satu kontributor terbesar bagi pendapatan iklan Google Search dan Meta's Social Media Ads. Dengan munculnya Agentic Commerce, risiko disintermediasi—di mana agen AI bertindak sebagai perantara utama antara konsumen dan produk—menjadi nyata.

Pergeseran Nilai Data: Fitur Instant Checkout OpenAI akan menghasilkan data transaksi yang sangat bernilai dan terikat pada profil pengguna Chat GPT. Data ini merupakan aset strategis untuk penargetan iklan di masa depan, yang secara langsung menantang keunggulan data historis Google dan Meta.

Revolusi Struktur Komersial Internet: Sebagaimana disampaikan oleh analis, langkah ini berpotensi mengubah struktur komersial internet, beralih dari model situs web yang ditemukan melalui search menuju model yang berbasis chat-discoverable.

Meskipun Sam Altman, CEO OpenAI, bersikap skeptis terhadap iklan di Chat GPT, kompetitor seperti Meta telah mengumumkan rencana untuk menargetkan iklan berdasarkan percakapan pengguna dengan bot AI mereka.

Inisiatif Agentic Commerce Korporasi Global

Perusahaan Inisiatif Kunci Fokus Strategis Amazon Rufus (Asisten belanja) dan kapabilitas "Buy For Me" (agen yang memungkinkan pembelian dari situs eksternal tanpa meninggalkan platform Amazon). Memperketat moat data dan mempertahankan pengguna dalam ekosistem Amazon sambil menawarkan kenyamanan lintas platform.

WalmartSparky (Asisten AI) yang segera diintegrasikan untuk kapabilitas agen yang komprehensif (misalnya, perencanaan pesta terkoordinasi dan sesuai anggaran). Memanfaatkan keunggulan data ritel dan jaringan pasokan untuk menawarkan personalisasi mendalam dan end-to-end. Google Fitur shopping pada Gemini Chatbot (mencakup virtual try-ons dan pelacakan harga).

Mengintegrasikan fungsi belanja AI secara mendalam ke dalam layanan pencarian dan AI inti mereka.MetaPemanfaatan Meta AI untuk rekomendasi dan Ray-Ban Smartglasses untuk identifikasi produk. Mengkapitalisasi basis pengguna sosial dan inovasi perangkat keras untuk Agentic Commerce. Tantangan Pengelolaan Data dan Hubungan Pelanggan

Pergeseran ke Agentic Commerce menimbulkan risiko strategis, terutama hilangnya hubungan langsung antara retailer dan konsumen.

Pembatasan Akses Data: Beberapa e-commerce besar, termasuk Amazon dan Shopify, dilaporkan mulai membatasi kemampuan bot AI eksternal untuk melakukan crawling pada situs mereka. Langkah ini mencerminkan upaya untuk melindungi data produk dan ulasan yang merupakan keunggulan kompetitif mereka.

Fokus pada Penciptaan Agen, Bukan Tujuan Belanja: Perspektif industri kini bergeser: "Semua pihak ingin membangun agen AI yang melakukan belanja, bukan menjadi tempat di mana agen AI tersebut berbelanja." Ini menekankan pentingnya pengembangan AI agent internal yang mewakili kepentingan merek.

Implikasi Strategis bagi Pemasaran Digital dan Retail Media

1. Transformasi Retail Media Advertising

Retail Media Advertising (RMA)—iklan yang disajikan dalam marketplace itu sendiri—merupakan sumber pendapatan berprofit tinggi bagi Amazon, Walmart, dan pemain e-commerce lainnya.

Jika AI agent mengurangi traffic langsung ke halaman produk e-commerce, maka kemampuan marketplace untuk memonetisasi RMA dengan laju pertumbuhan saat ini mungkin akan terhambat. Analis Stifel memprediksi bahwa periklanan harus berevolusi. Format iklan di masa depan kemungkinan akan bergeser dari tampilan statis di halaman web menjadi penempatan iklan yang cerdas dan terintegrasi di dalam percakapan dan rekomendasi agen AI.

2. Prioritas Data Produk dan E-commerce Experience

Bagi marketer, fokus kini harus beralih dari sekadar optimasi search engine (SEO) berbasis kata kunci, menjadi optimasi data produk yang komprehensif.

Agen AI membutuhkan feed data produk yang sangat akurat dan terstruktur untuk menghasilkan rekomendasi yang relevan. Investasi dalam kualitas data, inventaris, dan informasi harga menjadi mandatory.

Personalisasi Mendalam: Keunggulan akan dimiliki oleh entitas yang dapat menyajikan agent yang sepenuhnya personal, yang mampu mereplikasi lemari pakaian virtual atau menyesuaikan rekomendasi dengan kondisi keuangan real-time pengguna.

Proyeksi Jangka Panjang: Di Persimpangan Disrupsi AI

Meskipun Agentic Commerce masih berada pada "babak awal" pengembangannya, komitmen investasi dari entitas sekelas JPMorgan, Walmart, dan raksasa Big Tech lainnya menegaskan bahwa ini adalah tren struktural, bukan sekadar "gelembung" spekulatif.

Dalam konteks pemasaran digital, relevansi dan kecepatan transaksi akan menjadi mata uang utama. Perusahaan yang gagal berinvestasi dalam kapabilitas agenik, baik untuk melayani konsumen atau untuk mengoptimalkan operasional internal, berisiko kehilangan pangsa pasar secara signifikan dalam dekade mendatang. Persaingan kini bukan lagi tentang siapa yang paling banyak menjual, melainkan tentang siapa yang paling efektif dalam mengendalikan customer journey yang dimediasi oleh Kecerdasan Buatan.

SUBSCRIBE NOW

RELATED TOPICS:

DISCOVER MORE OF WHAT MATTERS TO YOU

SUBSCRIBE NEWSLETTER