Gillian Lange, seorang bartender dari Illinois tengah, baru saja memesan sebuah kemasan berisi dua belas kaleng Liquid Death yang akan dikirimkan ke rumahnya. Biasanya dia juga mengambil beberapa kaleng di pompa bensin saat dalam perjalanan menuju tempat kerjanya. "Satu untuk diminum di perjalanan, dan satu lagi untuk diminum di tempat kerja," kata Lange, yang berusia 23 tahun. Bagi Lange, cinta terhadap air kemasan ini bukan hanya tentang rasa atau kekarbonasiannya. Ini juga tentang merek secara keseluruhan. "Semuanya, gimmick-nya," katanya. "Logo-nya, nama-nama yang mereka berikan untuk air beraroma mereka, bahkan tagline-nya, 'Bunuh dahaga Anda.'"
Bagi para penikmat air dari kalangan Generasi Z, Liquid Death telah menjadi favorit yang kultus. Minuman yang penuh semangat punk dan kontrabudaya ini, berukuran seperti kaleng minuman alkohol besar dan dihiasi dengan tengkorak meleleh, telah menarik banyak penggemar di media sosial. Akun TikTok-nya adalah merek minuman paling banyak diikuti di Amerika Serikat di platform tersebut, dengan 2,9 juta pengikut, sementara akun Instagram-nya memiliki 1,3 juta pengikut. "Bro, liquid death adalah air yang bener-bener enak," komentar salah satu pengguna di salah satu video TikTok terbaru merek ini. "Setengah dinding saya dipenuhi dengan kaleng Liquid Death," komentar yang lain. Menurut perusahaan ini, seperempat dari konsumennya berusia antara 18 hingga 25 tahun. Pada sekitar tahun 2015, La Croix benar-benar mendominasi kaum milenial, tapi sekarang, tampaknya Liquid Death telah menggantikan tempatnya sebagai minuman bagi generasi ini.